KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan
makalah sebagai tugas Ujian Tengah Semester, Mata Kuliah Prilaku Organisasi ini
dapat berjalan lancar tanpa hambatan berarti.
Dalam
makalah ini telah dapat kami paparkan tentang Pengambilan Keputusan Individual.
Materi yang ditulis dalam makalah ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui
apa dan bagaimana “Pengambilan Keputusan Individual” itu sesuai dengan
keterbatasan kemampuan kami sebagai penyaji.
Kami
tahu bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun kami berharap bahwa apa
yang telah kami paparkan ini dapat sedikit bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Amin
!
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Organisasi saat ini menemui beberapa tantangan terbesarnya. Globalisasi,
iklim persaingan yang kian kompetitif, serta tuntutan yang tinggi akan kualitas
dan produktivitas menuntut organisasi untuk mampu menjawab tantangan-tantangan
ini dan bertahan dalam dinamika perubahan yang bergerak relatif kian cepat.
Manajer saat ini perlu memahami perannya dalam organisasi serta mampu merespon
tekanan dan tuntutan perubahan baik dari para pekerjanya, pesaing-pesaingnya,
maupun lingkungan sekitarnya. Pemahaman akan perilaku organisasi membantu
manajer memahami perubahan di sekitarnya dalam pengambilan keputusan dan
kebijakannya.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.
Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan
yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya,
seorang manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat
tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan
oleh manajer/ pimpinannya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi
terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses,
dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan.
Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan
mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
Dalam kenyataannya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang
tidak sistematis seperti proses yang dikemukakan sebelumnya. Keputusan individu
dalam organisasi biasanya dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang tidak
kompleks. Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat
faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam pengambilan
resiko dan kemungkinan ketidakcocokan.
B.
Perumusan Masalah
1.
Bagaimana penjelasan
tentang Dasar
Pengambilan Keputusan ?
2.
Bagaimana penjelasan
tentang Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan ?
3.
Bagaimana penjelasan
tentang Metode
Pengambilan Keputusan ?
4.
Bagaimana penjelasan
tentang Proses
Pengambilan Keputusan ?
5.
Bagaimana penjelasan
tentang Kekuatan dari
pengambilan keputusan ?
6. Bagaimana penjelasan
tentang Cara-cara Meningkatkan
Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan?
7. Bagaimana penjelasan
tentang Kondisi/ situasi
dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan keputusan individual
?
8.
Bagaimana penjelasan
tentang Etika Dalam
Pengambilan Keputusan ?
C.
Tujuan Penyusunan
Makalah
1.
Untuk memaparkan
penjelasan tentang Dasar
Pengambilan Keputusan
2.
Untuk memaparkan
penjelasan tentang Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan
3.
Untuk memaparkan
penjelasan tentang Metode
Pengambilan Keputusan
4.
Untuk memaparkan
penjelasan tentang Proses
Pengambilan Keputusan
5.
Untuk memaparkan penjelasan
tentang Kekuatan dari
pengambilan keputusan
6. Untuk memaparkan
penjelasan tentang Cara-cara Meningkatkan
Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan
7. Untuk memaparkan
penjelasan tentang Kondisi/
situasi dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan keputusan
individual
8.
Untuk memaparkan
penjelasan tentang Etika Dalam
Pengambilan Keputusan
D.
Manfaat Penyusunan
Makalah
Agar
pembaca mengetahui apa dan bagaimana “Pengambilan Keputusan Individual
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip Dasar
Pengambilan Keputusan.
a.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi.
Yakni pengambilan
keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat,
untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak
dan bersifat perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini memberikan keuntungan, yakni:
i)
Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah
untuk memutuskan.
ii)
Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah yang bersifat
kemanusiaan.
b.
Pengambilan Keputusan Rasional.
Ialah pengambilan
keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih
bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna
pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional
lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
c.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman.
Cara pengambilan
keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat
digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan
bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
d.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta.
Adalah pengambilan
keputusan yang dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat
memberikan keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil
keputusan dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data
dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis
dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan
demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian
dijadikan dasar pengambilan keputusan.
e.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Adalah pengambilan
keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang
yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai
tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Model pengambilan
Keputusan Terbaik adalah model Rasional .
B.
Faktor yang mempengaruhi Pengambilan
Keputusan.
Faktor yang mempengaruhi seorang manajer/pimpinan dalam pengambilan
keputusan adalah perilaku individu. Untuk mengetahui perilaku individu, seorang pimpinan perlu memperhatikan beberapa
variabel yang
mempengaruhinya, yakni :
a.
Variabel lingkungan : keluarga, budaya, kelas sosial.
b. Variabel psikologis : persepsi, sikap, kepribadian,
pembelajaran, motivasi, kemampuan fisik, kemampuan mental.
Dari berbagai variabel
tersebut, terdapat 4 ciri utama individu yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi efektifitas organisasi, yakni
:
i.
Persepsi
(perception).
Persepsi
(perception) adalah proses pemberian arti oleh individu kepada organisasi.
Persepsi ini sering dipengaruhi berbagai hal, seperti faktor situasio-nal, kebutuhann dan emosi, serta karakteristik pimpinan seringkali mempengaruhi konsep persepsi selektif. Pengambilan keputusan
individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang
penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi
mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi
oleh persepsi mereka.
Persepsi
merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission
making) karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk meyusun
identifikasi, analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang
dipersepsikan.
ii.
Sikap
(attitude).
Sikap
(attitude) adalah kesiapsiagaan mental yang dikendalikan melalui pengalaman,
yang mempunyai pengaruh kepada respons seseorang terhadap sesuatu. Seorang pimpinan/ manajer mempunyai tugas untuk
mengubah sikap para bawahan yang telah terbentuk sebelumnya yang berbeda untuk
tiap individu, karena mereka berasal dari lingkungan yang heterogen.
iii.
Kepribadian
(personality).
Kepribadian
(personality). Masalah yang paling sulit dihadapi oleh seorang manajer adalah
memahami hubungan antara perilaku (behaviour) dengan kepribadian (personality).
Untuk mengerti dan memahami faktor-faktor tersebut, perlu dilakukan pendekatan
humanistis guna memberikan tekanan pada pengembangan dan aktualisasi diri (self
actualization) dari individu.
iv.
Pembelajaran
(learning).
Belajar
adalah proses terjadinya perubahan yang relatif tetap dalam perila-ku akibat
dari suatu praktek. Untuk itu perlu diperhatikan 4 pilar pembelajaran
:
i.
Learning to
know.
ii.
Learning to
do.
iii.
Learning to
live together.
iv.
Learning to
be.
Idealnya keempat pilar pembelajaran ini selalu dilakukan terprogram melalui
pelatihan atau ha;-hal sejenisnya, namun untuk menghemat waktu, keempat pilar
pembelajaran ini seringkali dilakukan sambil berjalan melalui apa yang disebut
learning by doing.
C. Metode
Pengambilan Keputusan.
Secara teoritis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan yang sudah banyak dikenal orang, yakni sebagai berikut :
i.
Kewenangan Tanpa Diskusi (authority
rule without discussion).
Metode
pengambilan keputusan ini sering kali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam
kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat,
dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan
apa yang harus dilakukan.
Selain itu,
metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang
dilaksanakan berkaitan dengan persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan
diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian,
jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan
menimbulkan persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota
organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang
bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara
bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang
diambil secara individual.
ii.
Pendapat Ahli (expert opinion).
Seorang
anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert),
sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat
keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila
seorang anggota organisasi yang dianggap ahli dan memang benar-benar tidak
diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak
kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang
sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang
yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli
adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun
sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut.
Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah
persoalan yang rumit.
iii.
Kewenangan Setelah Diskusi (authority
rule after discussion).
Sifat
otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini
pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam
proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui
metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya
disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan
keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu
meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan
dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan,
kelompok masih berpengaruh.
Metode
pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan.
Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam
proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya
yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
iv.
Kesepakatan (consensus).
Kesepakatan
atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung
keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni
partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan
kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota
dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting
khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun
demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan
melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang
paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih
lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak
atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman,
tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa
satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya.
Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu,
bergantung pada faktor-faktor:
1.
Jumlah waktu yang ada dan dapat
dimanfaatkan.
2.
Tingkat pentingnya keputusan yang
akan diambil oleh kelompok
3.
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki
oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
D.
Proses Pengambilan Keputusan.
Pengambilan
keputusan merupakan proses yang komleks yang memerlukan penanganan yang serius.
Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah beriktu ( Gibson dkk,
1987 ) :
Ada 6 langkah
dalam model Pengambilan Keputusan Rasional, yakni :
i.
Menetapkan masalah, tujuan dan sasaran.
Masalah ada
apabila terjadi kesenjangan
antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Sebelum memulai proses
pengambilan keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih
dahulu. apa hasil yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
ii. Mengidentifikasi
kriteria keputusan.
Persoalan-persoalan di seputar
pengambilan keputusan harus diidentifikasikan terlebih dahulu mana yang penting dan harus didahulukan penyelesaiannya,
serta diberi
batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi batasan persoalan ini harus
tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan upaya penggalian. Sehingga dalam hal ini kadang-kadang masing-masing individu membawa
kepentingan, nilai dan pilihan-pilihan pribadi ke dalam proses.
iii. Mengalokasikan
bobot pada kriteria.
Pada tahap ini juga disusun criteria tentang
alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan keputusan Setiap kriteria
memiliki bobot/ skala prioritas, kemudian kita urutkan sesuai
peringkat pentingnya
iv. Mengembangkan
berbagai alternatif.
Dalam langkah
ini dikembangkan berbagai alternatif yang mungkin bisa diambil untuk
menyelesaikan masalah. Selama alternatif itu ada
hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung .
v. Mengevaluasi alternatif.
Setiap
alternatif dianalisis dan dievaluasi, agar keputusan yang diambil nanti benar-benar
yang terbaik Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang dipandang
layak untuk dilaksanakan.
vi. Memilih
alternatif terbaik .
Beberapa alternatif yang layak
tersebut di atas harus dipilih satu alternatif yang terbaik. Pemilihan
alternatif harus mempertimbangkan ketersediaan
sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan
alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada
masa yang akan datang. Kriteria keputusan konstan dan beban
yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu
vii. Pengendalian dan evaluasi.
Pelaksanaan keputusan perlu
pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut
sesuai dengan yang sudah diputuskan.
E.
Kekuatan dari pengambilan kelompok.
Kekuatan
yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan individual dan kelompok, Sondang P.
Siagian menyatakan bahwa ada tiga kekuatan yang selalu mempengaruhi suatu
keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan tersebut adalah :
1. Dinamika
individu di dalam organisasi.
Sebuah
organisasi merupakan sekumpulan dari beberapa individu. Individu-individu ini
memiliki ide dan pemahaman yang sama dalam visi dan tujuan ke masa depan.
Mereka membentuk organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan masa depan
yang menjadi impian dan cita-citanya. Pengaruh individu dalam organisasi sangat
terasa hal ini terlihat pada pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian
yang kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman yang banyak akan memberi kesan
dan pengaruh yang besar terhadap bawahannya dalam rangka mewujudkan visi dan
tujuan tersebut. Pemimpin yang baik akan selalu membimbing anggota
organisasinya untuk membuat keputusan yang mengarah kepada kepentingan
organisasi dan bukan pada kepentingan individu yang menunjukkan keinginan
pribadi seorang.
Faktor – faktor yang dapat mendukung
dinamika individu dalam organisasi adalah sebagai berikut :
i)
Rasa
tanggung jawab yang baik secara individu maupun kolektif.
Setiap anggota organisasi yang
menyadari makna tanggung jawab individu dan kolektif sangat menguatkan
keputusan yanng diambil dalam organisasi. Kekutatan keputusan ini dapat
memperlancar dalam menjalankan rencana kerja dan meraih visi dan misi yang
telah ditetapkan.
ii)
Apa yang
sudah dipelajari individu dalam organisasi harus segera diaplikasikan dalam
pekerjaan.
Ilmu yang tidak diaplikasikan
bagaikan kapas diterpa angin dan tidak ada bobot sama sekali. Ilmu yang baru
saja dipelajari akan menunjukkan bobot dan nilai jika segera diaplikasikan.
Nilai tersebut dapat dilihat dari rencana-proses-hasil ketika mengaplikasikan
ilmu itu.
iii)
Menjalankan
teknik akselerasi.
Artinya sebisa mungkin mendukung
kegiatan setiap individu agar proses berorganisasi terjadi dengan lebih cepat
dan baik. Setiap individu anggota organisasi harus menyadari bahwa mereka satu
sama lain saling berhubungan dan bekerja sama. Teknik akselerasi yang ada di
dalam organisasi adalah kerjasama dan sikap saling mendukung satu sama lain.
Teknik akselerasi ini harus selalu dikembangkan pada individu supaya saling
mendukung dan membantu anggota organisasi ketika memiliki rencana dan program
kerja. Atas dukungan yang diberikan maka rencana dan program kerja akan berhasil.
iv)
Rencana
pengembangan personal.
Artinya
individu harus mengerti bahwa sebuah organisasi tidak dapat menjamin mereka
tentang lapangan pekerjaan seumur hidup namun organisasi dapat membantu
individu untuk mengembangkan karir mereka. Harus ada kerjasama antara
organisasi dan individu untuk menciptakan pengembangan karir jangka panjang.
v)
Tersedia
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan karir.
Karir anggota individu di dalam
organisasi dapat berkembang dilihat dari kemampuan dirinya dalam membuat keputusan.
vi)
Keputusan
yang diambil selalu membawa muatan kepentingan organisasi.
Dari kemampuan tersebut secara tidak
langsung individu tersebut dapat memimpin realisasi program kerja maupun
organisasi itu.
vii)
Pembelajaran
individu harus dihubungkan kepada pembelajaran organisasi secara struktur dan
lebih eksplisit agar sinergis.
Pembelajaran individu dan
pembelajaran organisasi harus sejalan supaya tidak ada konflik yang akhirnya
menggangu perkembangan satu sama lain. Keselarasan pembelajaran individu dan
organisasi dalam penerapannya selalu berpedoman pada visi dan misi organisasi
maka keselaran ini secara langsung dapat membuat organisasi semakin kuat dan
berkembang.
2.
Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi.
Dinamika
kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi
atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan kata
Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota
satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika
kelompok mempunyai pengaruh besar dalam rangka mengembangkan dan membuat rencana
organisasi berhasil. Untuk mewujudkan ini maka pemimpin organisasi hendaknya
mengusahakan agar kelompok di dalam organisasi dapat lebih cepat berkembang
menjadi dewasa. Berkembang dan mengarahnya kelompok organisasi ke arah semakin
dewasa memberikan keuntungan bagi organiasi dalam rangka menerapkan rencana
kerja dan mewujudkan visi dan misi.
Fungsi dari dinamika kelompok itu
antara lain:
a.
Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam
mengatasi persoalan hidup.
Kelompok-kelompok organisasi yang
dapat bekerjasama dan saling membantu dalam menjalankan rencana kerja maka akan
mempermudah dalam mengatasi persoalan organisasi. Persoalan yang seharusnya
dipecahkan dan ditanggung oleh satu atau sebagian kelompok akan menjadi mudah
pemecahan dan penyelesaiannya ketika semua kelompok terlibat bekerjasama saling
membantu. Kerjasama ini harus selalu ditanamkan dan dikembangkan di dalam
organisasi tersebut agar kedewasaan kelompok semakin matang.
b.
Memudahkan pekerjaan.
Dinamika kelompok yang dapat
berjalan dengan baik di mana masing-masing kelompok dapat memberikan informasi
dan kontribusi positif bagi kelompok yang lain maka secara langsung pekerjaan
dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu.
Informasi dan kontribusi yang
diberikan oleh satu kelompok merupakan bahan atau sumber modal kerja bagi
kelompok yang lainnya.
c.
Ketidak aktifan salah
satu kelompok dalam sebuah organisasi dapat membuat organisasi tersebut
berhenti berkerja dikarena informasi maupun kelompok kerja tidak bisa
diandalkan. Kerjasama kelompok yang baik dan konsisten dengan rencana kerja
dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja yang harmonis dalam organisasi
bukan saja hanya akumulasi keahlian dan pengetahuan individu dalam kelompok
tetapi hasil dari keseluruhan keahlian anggota kelompok yang bekerja sebagai
satu kesatuan yang tidak terpisah dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.
d.
Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah
dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat,
efektif dan efisien. Kelompok-kelompok kecil yang dibentuk di dalam organisasi
memiliki tujuan untuk memperlancar kerja organisasi. Salah satu tujuan adanya
kelompok kecil adah pembagian pekerjaan sesuai bagian kelompoknya masing-masing
atau sesuai keahlian. Keuntungan dengan pembagian pekerjaan adalah : pekerjaan
dan masalah tidak harus selalu diselesaikan di pusat, informasi mudah diperoleh
karena setiap kelompok memiliki kontribusi sesuai dengan pembagian pekerjaan,
keputusan dapat diambil cepat dan akurat, dan beban pekerjaan dapat dibagi
sesuai berat ringannya sebuah kekerjaan.
e.
Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan
berorganisasi dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan,
interaksi, dan memiliki peran yang sama dalam organisasi. Dinamika kelompok
secara tidak langsung membangun sistem demokrasi yang baik di dalam sebuah
organisasi melalui kelompok kecil ketika merumuskan rencana kerja dan
memecahkan masalah ketika ada persoalan. Kemufakatan demokrasi lebih mudah
dibuat di dalam kelompok kecil dari pada lingkup organisasi yang besar. Hal ini
bisa terjadi karena tiap anggota kelompok kecil mudah untuk disatukan visi,
misi, tujuan, pemecahan masalah.
3.
Dinamika
lingkungan organisasi.
Pengaruh lingkungan juga memegang
peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan
itu saling mempengaruhi. Macam-macam dinamika
lingkungan organisasi :
a.
Dinamika lingkungan
organisasi internal.
Dinamika
internal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan adalah :
i)
Adanya visi dan misi
ii)
Paradigma dan
filosofi baru di dalam organisasi.
iii)
Perubahan strategi organisasi yang baru.
iv)
Dilakukannya redefinisi tentang core bussinis.
v)
Dilakukannya restrukturisasi dan reengineering organisasi.
vi)
Kondisi sumber daya manusia dalam organisasi,
Perubahan budaya organisasi dan kegiatan utama organisasi.
b.
Dinamika lingkungan
organisasi eksternal.
Dinamika
eksternal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan meliputi 4 unsur yakni kondisi skala lokal, nasional, regional dan Internasional. Dari keempat
unsur tersebut dapat dirangkum hal-hal yang memberi pengaruh pada pengambilan
keputusan seperti :
·
Situasi politik, nilai-nilai social.
·
Etika dan
budaya di masyarakat.
·
Perubahan kondisi pasar dan konsumen.
·
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
·
Adanya peraturan dan undang-undang baru dari
pemerintah
F.
Cara-cara Meningkatkan
Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan.
Dengan
adanya kreativitas pengambil keputusan dapat memproduksi gagasan-gagasan baru
yang bermanfaat. Selain itu, juga memungkinkan untuk lebih menghargai dan
memahami masalah, termasuk masalah yang tidak
dapat dilihat orang lain.
Adapun cara
meningkatkan kreatifitas tersebut adalah :
a.
Potensial
kreatif.
Yaitu potensi
yang dimiliki kebanyakan orang, namun untuk mengeluarkannya harus keluar terlebih dahulu dari kebiasaan rutin yang
secara psikologis selalu kita lakukan, sehingga harus belajar mengatasi masalah dengan cara
yang tidak sepert biasanya. Biasanya kita menjadi
lebih kreatif ketika berada dalam suasana hati yang nyaman.
b.
Pengaruh lingkungan.
Berkumpul
dengan individu-individu yang kreatif, membuat kita menjadi lebih terinspirasi, dan akhirnya belajar untuk melakukan hal-hal positif yang dilakukan oleh mereka.
c.
Model
kreativitas tiga komponen.
Suatu badan
riset menunjukkan bahwa kreativitas individual pada hakikatnya menuntut
keahlian, ketrampilan berpikir kreatif, dan motivasi tugas intrinsik. Semakin
tinggi tingkat dari masing-masing komponen ini, maka semakin tinggi pula
kreativitas seseorang.
1.
Exspertise ( kemampuan, pengetahuan, pengalaman dan kecakapan ).
2.
Task Motivation
( ketertarikan,
keterlibatan , kepuasan, menantang
secara pribadi ).
3. Creativity Skills ( kecerdasan, kemerdekaan
diri , kepercayaan diri, fokus kendali
internal, kemampuan analog
G.
Kondisi/ situasi dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan
keputusan individual.
Dalam suatu
organisasi pengambilan keputusan
merupakan solusi dari suatu masalah yang disepakati bersama dan sesuai dengan
tujuan dari organisasi itu sendiri. Bagaimana Kebanyakan keputusan dalam organisasi biasanya
diambil, adalah seperti yang tercantum dibawah ini
:
a.
Rasionalitas terbatas ( Bounded Rationality ).
Para individu
mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan
yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap semua
kerumitannya.
Bila berhadapan pada masalah yang
kompleks, kebanyakan orang menanggapi dengan mengurangi masalah pada level mana masalah
itu dapat dipahami. Ini disebabkan karena kemampuan manusia mengolah informasi
terbatas, membuatnya tidak mungkin mengasimilasi dan memahami semua informasi
yang perlu untuk optimisasi. Dengan
demikian, mereka mencari pemecahan yang memuaskan.
b.
Intuisi ( proses tidak sadar yg berasal dari
pengalaman yang disaring ).
Penggunaan
intuisi untuk mengambil keputusan tidak lagi diangap tak rasional atau tak
efektif. Ada pengakuan yang makin berkembang bahwa analisis rasional terlalu
ditekankan dan bahwa dalam kasus-kasus tertentu mengandalkan pada intuisi dapat
memperbaiki pengambilan keputusan. Namun perlu dilihat bahwa definisi intuitif
dari para ahli adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam
pengalaman yang tersaring. Intuisi ini juga saling melengkapi dengan analisi
rasional.
Ada 8 kondisi dimana orang paling
mungkin menggunakan intuisi didalam pengambilan keputusan :
a)
Bila ada
ketakpastian dalam tingkat yang tinggi.
b)
Bila hanya sedikit
preseden untuk diikuti.
c)
Bila
variabel-variabel kurang dapat diramalkan secara ilmiah.
d)
Bila ‘fakta’
terbatas.
e)
Bila fakta
tidak menunjukkan dengan jelas jalan utnuk dituruti.
f)
Bila data
analitis kurang berguna.
g)
Bila ada
beberapa penyelesaian alternatif untuk dipilih dengan argumen yang baik.
h)
Bila waktu
terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil
keputusan yang tepat.
c.
Upaya Identifikasi
Masalah.
Masalah yang
tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih lebih tinggi dibanding masalah-masalah
yang penting.
Ada dua alasan atas hal tersebut :
i.
Mudah untuk
mengenal masalah-masalah yang tampak.
ii. Karena kita
prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi sehingga para pengambil
keputusan ingin tampil kompeten dan ‘berada pada
puncak masalah’.
d.
Sebagai Pengembangan
alternatif.
Bukti
menunjukkan bahwa pengambilan keputusan adalah inkremental, bukan komprehensif.
Artinya pengambil keputusan mengindari tugas-tugas sulit yang mempertimbangkan
semua faktor penting, menimbang relatif untung dan ruginya, serta mengkalkulasi
nilai untuk masing-masing alternatif.
Sebagai gantinya, mereka membuat
suatu perbandingan terbatas yang bersifat suksesif. Akibatnya pilihan
keputusanpun disederhanakan dengan hanya membandingkan alternatif-alternatif
yang berbeda dalam tingkat yang relatif kecil dari
pilihan terbaru.
e.
Membuat pilihan.
Untuk
menghindari keputusan yang terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan
heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
Ada dua
kategori umum heuristik dan satu bias lainnya, yaitu :
i.
Heuristik
ketersediaan.
Kecenderungan
pada orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi yang sudah ada ditangan
mereka. Ini menjelaskan mengapa para manager lebih mempertimbangkan kinerja
terakhir karyawan daripada kinerjanya setengah tahun yang lalu. Sama halnya
dengan pikiran orang bahwa naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil.
ii.
Heuristik representative.
Menilai
kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan melihat situasi
identik dimana sebenarnya tidak identik. Contohnya adalah manager yang sering
menghubungkan keberhasilan suatu produk baru dengan keberhasilan produk
sebelumnya, anak-anak yang menonton film Superman dan merasa dirinya seperti
Superman, dan lain sebagainya.
Macam-macam
bias dan kesalahan umum :
– Bias Overconfidence
( yg terbaik
sesungguhnya yg terburuk )
– Bias Jangkar
(gaji sebelumya pd wawancara kerja)
– Bias
Konfirmasi ( penguatan pilihan masa lalu, mengabaikan
pertimbangannya )
– Bias
Ketersediaan ( terbatas informasi à takut terbang )
– Bias
Representatif ( menyamakan
situasi sekarang dan masa lalu )
– Peningkatan
Komitmen ( bertahan pd keputusan yang jelas salah )
– Kesalahan yg
Tidak Disengaja ( percaya pada mitos )
– Kutukan Pemenang
( Harga
terlalu tinggi pd barang lelang )
– Bias
Peninjauan Kembali (pura-pura yakin/ pemenang
superbowl )
Beberapa cara mengurangi bias dan
kesalahan :
-
Fokus pada tujuan .
-
Mencari informasi yang melemahkan keyakinan anda.
-
Jangan berusaha mengartikan peristiwa yang tidak
disengaja (kebetulan).
-
Perbanyak pilihan.
f.
Peningkatan komitmen.
Suatu
peningkatan komitmen pada keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif.
Individu meningkatkan komitmen terhadap suatu arah tindakan yang gagal ketika
mereka memandang diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab atas kegagalan
tersebut, dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa keputusan awal mereka tidak
keliru dan menghindari keharusan untuk mengakui kekeliruan itu. Banyak
organisasi menderita kerugian karena seorang manager bertekad membuktikan bahwa
keputusan awalnya benar dengan terus mengorbankan sumber daya kepada apa yang merupakan
kerugian sejak awal.
g.
Adanya perbedaan
individual ( gaya
pengambilan keputusan ).
Dari hasil
riset mengidentikasikan empat pendekatan individual yang berbeda dalam pengambilan keputusan,
yaitu :
i. Analitis : memiliki
toleransi jauh lebih besar terhadap ambiguitas, cermat, mampu menyesuaikan
diri dengan situasi baru.
ii. Direktif : memiliki
toleransi rendah atas ambiguitas, mencari rasionalitas, efisien, logis, mengambil
keputusan cepat, dan berorientasi jangka pendek.
iii.
Konseptual :
berpandangan luas, mempertimbangkan banyak alternatif, ori-entasi jangka
panjang, dan sangat baik untuk
menemukan solusi yang kreatif.
iv. Perilaku : bisa
bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja rekan kerja dan
usulan-usulan mereka, mengandalkan pertemuan untuk berkomuni-kasi, mencoba
menghindari konflik, dan mengupayakan penerimaan.
h.
Adanya hambatan dari
organisasi .
Hambatan dalam organisasi
mengakibatkan manajer membuat keputusan berikut :
i. Evaluasi kinerja : manager dipengaruhi oleh kriteria
yang mereka gunakan untuk mengevaluasi.
Mereka akan bertindak sesuai apa yang dijadikan penilaian/tolok ukur.
ii. Sistem imbalan : yaitu dengan mengemukakan kepada
karyawan pilihan apa yang lebih disukai terhadap upah. Umumnya organisasi
membuat peraturan formal untuk membakukan perilaku anggotanya. Dengan
memprogramkan keputusan, organisasi mampu membuat individu
mencapai level kinerja tinggi, namun membatasi pilihan pengambilan keputusan.
iii.
Pembatasan waktu yang menentukan sistem : batas waktu
yang eksplisit dalam pengambilan keputusan menciptakan tekanan waktu pada
pengambil keputusan dan sering mempersulit untuk
mengumpulkan semua informasi yang ingin merka dapatkan.
iv.
Reseden historis : keputusan yang diambil dimasa lalu
akan terus membayangi keputusan saat ini.
i.
Perbedaan individual,
kultural, budaya dan batasan organisasional.
Latar belakang budaya dari pengambil
keputusan dapat mempengaruhi seleksi masalah, kedalaman analisis, arti penting
yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah keputusan
organisasional hendaknya diambil secara otokratis atau secara kolektif. Menurut
Robbins lebih lanjut mengemukakan kultur berbeda-beda berdasarkan orientasi
waktu, kepentingan rasionalitas, keyakinan terhadap kemampuan individu untuk menyelesaikan
masalah, dan pilihan untuk membuat keputusan kolektif
H. Etika Dalam
Pengambilan Keputusan.
Ada 3 kriteria
keputusan yang etis :
1.
Kriteria utilitarian
(dimana keputusan diambil semata-mata atas dasar hasil/konsekuensi mereka).
2.
Menekankan
pada hak dasar individu sesuai dengan Piagam Hak Asasi.
3.
Menekankan
pada keadilan (Memberlakukan dan memperkuat
aturan-aturan secara adil dan tidak memihak.
Kepedulian yang meningkat dalam masyarakat mengenai
hak individu dan keadilan sosial menyarankan perlunya bagi manajer untuk
mengembangkan standar-standar etika yang didasarkan pada kriteria non-utiliter.
Tentu saja ini adalah sebuah tantangan yang besar bagi manajer, karena
dengan demikian akan melibatkan jauh lebih banyak ambiguitas. Ini membantu
menjelaskan mengapa para manajer makin
banyak dikritik karena tindakan-tindakannya. Kini, keputusan seperti menaikkan
harga, menutup pabrik, memberhentikan karyawan secara massal, memindahkan
produksi keluar negeri untuk mengurangi biaya, hanya dapat dibenarkan dalam
makna utiliter, sedangkan
keputusan tidak dapat lagi dinilai hanya dari kriteria tunggal tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN :
Dalam
pengambilan keputusan individual perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a.
Prinsip Dasar
Pengambilan Keputusan.
i.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
ii.
Pengambilan Keputusan Rasional
iii.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
iv.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
v.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Model pengambilan Keputusan Terbaik adalah model
Rasional .
b.
Faktor yang mempengaruhi Pengambilan
Keputusan.
i.
Persepsi
(perception)
ii.
Sikap (attitude).
iii.
Kepribadian
(personality.
iv.
Pembelajaran
(learning).
c.
Metode Pengambilan Keputusan.
i.
Kewenangan
Tanpa Diskusi
(authority
rule without discussion)
ii.
Pendapat
Ahli (expert
opinion)
iii.
Kewenangan
Setelah Diskusi (authority rule after discussion).
iv. Kesepakatan (consensus).
Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu,
bergantung pada faktor-faktor:
a)
Jumlah waktu
yang ada dan dapat dimanfaatkan.
b)
Tingkat
pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok
c)
Kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan
keputusan tersebut.
d.
Proses Pengambilan Keputusan.
Ada 6 langkah
dalam model Pengambilan Keputusan ,
yakni :
1)
Menetapkan masalah, tujuan dan sasaran.
2)
Mengidentifikasi kriteria
keputusan.
3)
Mengalokasikan bobot pada kriteria.
4)
Mengembangkan
berbagai alternatif.
5)
Mengevaluasi
alternatif.
6)
Memilih
alternatif terbaik .
7)
Pengendalian dan evaluasi.
e.
Kekuatan dari pengambilan keputusan.
1)
Dinamika individu di dalam organisasi.
2)
Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi.
3)
Dinamika lingkungan organisasi.
a)
Dinamika lingkungan organisasi internal.
b)
Dinamika lingkungan organisasi eksternal.
·
Situasi politik, nilai-nilai social.
·
Etika dan
budaya di masyarakat.
·
Perubahan kondisi pasar dan konsumen.
·
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
·
Adanya peraturan dan undang-undang baru dari
pemerintah.
f.
Cara-cara Meningkatkan
Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan..
1)
Potensial kreatif.
2)
Pengaruh
lingkungan.
3)
Model kreativitas tiga komponen.
-
Exspertise.
-
Task Motivation
.
-
Creativity Skills.
g.
Kondisi/ situasi dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan
keputusan individual.
1)
Rasionalitas terbatas ( Bounded Rationality ).
2)
Intuisi ( proses tidak sadar yg berasal dari
pengalaman yang disaring ).
3)
Upaya Identifikasi
Masalah.
4)
Sebagai Pengembangan
alternatif.
5)
Membuat pilihan.
-
Heuristik ketersediaan.
-
Heuristik representative.
Macam-macam
bias dan kesalahan umum :
·
Bias Overconfidence ( yg terbaik
sesungguhnya yg terburuk )
·
Bias Jangkar (gaji sebelumya pd wawancara kerja)
·
Bias Konfirmasi ( penguatan
pilihan masa lalu, mengabaikan pertimbangannya )
·
Bias Ketersediaan ( terbatas
informasi à takut
terbang )
·
Bias Representatif ( menyamakan
situasi sekarang dan masa lalu )
·
Peningkatan Komitmen ( bertahan pd
keputusan yang jelas salah )
·
Kesalahan yg Tidak Disengaja ( percaya pada
mitos )
·
Kutukan Pemenang ( Harga
terlalu tinggi pd barang lelang )
·
Bias Peninjauan Kembali (pura-pura yakin/ pemenang
superbowl )
Beberapa cara mengurangi bias dan
kesalahan :
-
Fokus pada tujuan .
-
Mencari informasi yang melemahkan keyakinan anda.
-
Jangan berusaha mengartikan peristiwa yang tidak
disengaja (kebetulan).
-
Perbanyak pilihan.
6)
Peningkatan komitmen.
7)
Adanya perbedaan individual ( gaya
pengambilan keputusan ).
-
Analitis
-
Direktif
-
Konseptual
-
Perilaku
8)
Adanya hambatan dari
organisasi .
Manajer membuat keputusan berikut :
-
Evaluasi kinerja
-
Sistem imbalan
-
Pembatasan waktu yang menentukan sistem
-
Reseden historis
9)
Perbedaan individual,
kultural, budaya dan batasan organisasional.
h.
Etika Dalam Pengambilan Keputusan.
Ada 3 kriteria
keputusan yang etis :
1)
Kriteria
utilitarian (dimana keputusan diambil semata-mata atas dasar hasil/konsekuensi
mereka).
2)
Menekankan
pada hak dasar individu sesuai dengan Piagam Hak Asasi.
3)
Menekankan
pada keadilan.
B.
SARAN :
Aktivitas pimpinan/manajer suatu organisasi dalam melakukan planning,
organizing, directing, dan controlling, tentu tidak semudah membalik telapak
tangan, karena suatu organisasi pastilah mempunyai banyak sekali anggota yang mempunyai karakter dan perilaku
yang berbeda-beda. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang manajer/pimpinan organisasi perlu
mempertimbangkan kecocokan antar individu, jenis tugas/ pekerjaan, efektifitas, dan sebagainya. Keputusan yang diambil seorang pimpinan/ manajer organisasi secara khusus akan dipengaruhi
oleh karakteristik pimpinan maupun
karakteristik bawahan, misalnya pengambilan keputusan tentang siapa orang yang paling
tepat melaksanakan tugas tertentu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengambilan_keputusan_individual
http://tpers.net.pengambilan_keputusan
www.yasinta.wordpress.com/2008/09/04/persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individual
www.powershow.com/view/1213daNDdiN/MATERI_6_PERILAKU_ORGANISASI
www.yasinta.net
/ persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individual
http://filsafatkita.fzg.net/perilaku_organisasi
http://kuliahpsikologi.dekrzky.com/teori_atribusi
Robbins. Stephen P. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi,
Penerbit; Erlangga, Jakarta. 2002
Suryabrata. S. Psikologi Pendidikan. Penerbit; RajaGrafindo Persada. Jakarta.2005
Tampubolon. Manahan P. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior)
Perspektif Organisasi Bisnis. Edisi Kedua.Penerbit; Ghalia Indonesia, Bogor.2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar