Rabu, 13 Maret 2013

ANTARA TEORI ADAM DAN TEORI DARWIN


ANTARA TEORI ADAM dan
TEORI DARWIN
 
I. PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
                 Ilmu dan agama mempunyai tujuan yang berbeda satu sama lain. Keduanya berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berbeda-beda dan melakukan hal yang berbeda-beda untuk kepentingan manusia, oleh karena itu seharusnya tidak ada pertikaian antara ilmuwan dan agamawan.
                 Namun kenyataannya pertikaian itu ada, setidak-tidaknya begitu-lah pikiran sebagian orang. Ada orang Kristen yang yakin bahwa kebanyakan ilmuwan adalah atheis dan ada ilmuwan-ilmuwan tertentu yang berpendapat bahwa kebanyakan orang Kristen adalah fanatikus agama yang anti ilmu. Salah satu sebab utama adanya pertikaian diantara mereka adalah kesalah pahaman mengenai tujuan-tujuan ilmu dan tujuan-tujuan Alkitab. Ilmu mementingkan bagaimana hal-hal dibuat dan bagaimana hal-hal itu bekerja.
                 Seorang ilmuwan melakukan eksperimen-eksperimen, mengamati dan melaporkan, akan tetapi begitu ia melangkah melewati garis untuk mulai menjelaskan "mengapa"nya serta tujuan alam semesta dan alam, ia sudah berada di luar batas. Tujuan Alkitab ialah untuk menyatakan Tuhan dan rencanaNya bagi umat manusia. Alkitab bersifat teologis, yakni, ia mengajar kita tentang Tuhan. Alkitab mengajar kita mengapa Tuhan menciptakan bumi dan manusia. Perlu difahami bahwa  ilmu dan Alkitab tentu tidak terpisah sama sekali satu sama lain. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan alam , dan itu berarti bahwa Tuhan menciptakan bahan yang justru dipelajari, dites dan diamati oleh para ahli ilmu alam. Tuhan memberi manusia hak istimewa untuk mempelajari dunia alam sejak mulanya.
                 Akan tetapi dalam dunia teknologi yang sudah sangat maju sekarang ini, orang sering menggantikan Tuhan dengan ilmu. Ada ilmuwan-ilmuwan yang kadang-kadang lupa bahwa kesimpulan-kesimpulan ilmiah senantiasa tak luput dari perubahan. Dalam dunia ilmu, apa yang hari ini berupa "fakta", besok bisa menjadi "buah pikiran yang salah." Sebaliknya, orang-orang Kristen dikenal mempunyai tafsiran-tafsiran tertentu tentang Alkitab yang rupa-rupanya bertentangan dengan penemuan-penemuan ilmiah. Namun demikian orang-orang Kristen juga telah berbuat kesalahan dengan mencampur adukkan kritik-kritik para ilmuwan yang bukan Kristen dengan tujuan ilmu yang sejati, yakni mempelajari ciptaan Tuhan dan membantu manusia dalam penggunaan bumi sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan. Agama Kristen tidak perlu takut akan ilmu karena hukum-hukum alam dan ilmu berasal dari Tuhan, dan ini berarti bahwa apa yang diciptakan Tuhan tidak bisa merupakan bahaya apa pun bagi iman orang Kristen yang percaya kepadaNya.
                 Namun, sayang sekali, ada penemuan-penemuan ilmiah tertentu yang telah ditafsirkan sebagai ancaman-ancaman terhadap agama Kristen. Salah satu di antara yang paling terkenal ialah teori evolusi organik, yang untuk pertama kalinya dipopulerkan oleh Charles Darwin yang orang awam menyebutnya sebagai “Teori Evolusi”. Teori in langsung ditolak mentah-mentah oleh para agamawan. Sedangkan para ilmuwan sendiri juga banyak yang tidak sependapat.
B.      Perumusan Masalah
1.       Bagaimana penjelasan tentang teori Adam menurut pendapat agamawan/ ahli filsafat Islam?
2.       Bagaimana penjelasan tentang teori Adam menurut kajian Ulama Muhammadiyah?
3.       Bagaimana penjelasan tentang teori penciptaan manusia pertama oleh ahli Al Kitab?
4.       Bagaimana penjelasan tentang teori Evolusi ( Teori Darwin ) ?
5.       Bagaimana pendapat saya tentang kedua teori Teori Adam dan Teori Darwin ?
C.      Tujuan Penulisan 
1.       Untuk memaparkan penjelasan tentang teori Adam menurut pendapat agamawan/ ahli filsafat Islam?
2.       Untuk memaparkan penjelasan tentang teori Adam menurut kajian Ulama Muhammadiyah?
3.       Untuk memaparkan penjelasan tentang teori penciptaan manusia pertama oleh ahli Al Kitab?
4.       Untuk memaparkan penjelasan tentang teori Evolusi ( Teori Darwin ) ?
5.       Untuk memaparkan pendapat saya tentang Teori Adam dan Teori Darwin?
D.      Sistematika Penulisan
BAB I      Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sestematika penulisan;
BAB II     Pembahasan, berisi penjelasan tentang Teori Adam menurut agamawan/ ahli flsafat Islam, menurut kajian Ulama Muhammadiyah dan ahli Al Kitab,  penjelasan Teori Darwin (Teori Evolusi), serta pendapat saya tentang kedua teori tersebut.
BAB III    Berisi tentang simpulan, yang memaparkan tentang ringkasan dari apa yang telah ditulis , serta saran.
 
II. PEMBAHASAN
 
Sejak dahulu kala manusia selalu mempertanyakan asal usul kehidupan. Bagaimana manusia itu ada dan bagaimana proses terjadinya? Apakah manusia itu langsung ada, muncul sendiri secara tiba-tiba, atau diciptakan oleh sang pencipta, atau bahkan munculnya manusia itu melalui suatu proses evolusi yang sangat lama, masih menjadi perdebatan.
Hingga saat ini ada dua teori besar tentang awal mula kehidupan manusia. Teoi pertama adalah kisah penciptaan nabi Adam sebagai manusia pertama yang diyakini oleh hampir semua pemeluk agama samawi (islam, kristen, yahudi) yang dilandasi pada penafsiran terhadap kitab suci yang mereka yakini kebenarannya. Kemudian Teori kedua adalah teori Darwin yang dikenal dengan Teori Evolusi yang akan dibahas pada paparan berikut ini.
A.      TEORI PENCIPTAAN MANUSIA PERTAMA ( TEORI ADAM ) MENURUT AHLI  
FILSAFAT ISLAM.
 
Ada beberapa ulama / atau ahli filsafat Islam yang menulis mengenai sejarah “penciptaan manusia pertama” diantaranya yang telah ditulis dan di uploud di internet yakni oleh Al Kindi, seorang ahli filsafat Islam yang mencoba menganalogikan ayat-ayat Alquran tentang kehidupan manusia. Berikut cuplikan artikel tersebut ( FILSAFAT AL-NAFS /JIWA  AL-KINDI ) :
Pada suatu kesempatan Tuhan berwacana: “Aku menciptakan manusia dari lempung busuk, dan kemudian berkata kepada malaikat : “Aku ingin menciptakan manusia dari tanah”, dan kemudian ia berkata lagi : “Apabila aku telah selesai membentuknya, barulah aku meniupkan ruh-ku kepadanya”. (QS.al-hijr:29). Apa yang dimaksudkan meniupkan tersebut ? Apabila yang dimaksudkan adalah tiupan (ruh) yang meninggalkan Tuhan dan kemudian bersatu dangan manusia, maka intinya bahwa sangat dimungkinkan terjadinya pembelahan sifat Tuhan.  Dan ini tidak akan pernah terjadi, jawabannya bisa digambarkan dengan ilustrasi tentang matahari. Apabila matahari berkata, “ Aku telah memberikan sinar pada bumi”, maka hal itu benar. Ruh atau jiwa itu ada dibawah perintah Tuhanmu. (Ar-ruhu min amr-i-rabbi). Oleh sebab itu, jiwa yang ada dibawah kata perintah, dan akal muncul sesudah melewati tiga tahap (Ahdiyah,Wahdat, dan Wahidiyyat) dan didalam pembatasan. Jiwa atau ruh ini adalah Ruh-I-A`dzam (Haqiqati Muhammad ) yang merupakan tahap Wahdah itu sendiri; dan tidak dibawah pembatasan. Walau jiwa itu pribadi adalah sebuah pembatasan, namun ia bebas dari materi dan eksistensi, serta dari warna dan bentuk. Ia merupakan pengenal bagi diri dan bukan diri, tetapi tidak dapat diindrai oleh pancaindra yang ada.  Pembatas bagi ruh-I-A`dzam adalah jiwa-jiwa manusia, dan apabila pembatas semacam itu muncul didalam jasad, jadilah ia ruh binatang atau ruh makhluk. Sifatnya sangat halus dan setiap bagian terkecil darinya bertautan dengan partikal jasad. Jiwa inilah yang menerima ganjaran dan siksaan, dan ia pula yang merasakan kenikmatan jasmani.
Menurut Al-Kindi, jiwa merupakan substansi yang berasal dari Tuhan. Tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi yang sangat halus, bertabiat mulia dan substansinya adalah sebagian dari substansi Allah. Cahaya dari cahayanya, seperti cahaya dari matahari, juga bersifat independen dari jasmani. Jiwa selalu menentang kekuatan syahwat dan kemarahan,  serta selalu mengatur kedua kekuatan tersebut dalam batas – batasnya dan tidak dibenarkan melampaui kekuatan jiwa itu sendiri. Selain itu jiwa bersifat spritual, Ilahiah, terpisah dan berbeda dengan jisim.
                 Selanjutnya dikisahkan bahwa Adam diciptakan oleh Tuhan dari tanah liat yang dibentuk semisal sebuah boneka. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh. Maka jadilah adam manusia dewasa yang hidup seketika itu juga. Selanjutnya di tempatkan di dalam surga. Tetapi Adam merasa kesepian karena hanya seorang diri. Maka Tuhan pun menjadikan calon istrinya, Hawa. Caranya, Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Dari tulang rusuk Adam itulah kemudian tercipta Hawa sebagai manusia dewasa yang hidup, serta menemani Adam sebagai istrinya. Semasa hidup di syurga tersebut, Adam dan Hawa tidak perlu bersusah payah bekerja karena semua sudah tersedia; dan hanya satu larangan dari Allah SWT yakni tidak boleh memakan buah kuldi. Tetapi karena terkena bujuk rayu syetan, akhirnya Adam dan Hawa memakan buah tersebut, hingga akhirnya Tuhan menghukumnya dengan menurunkannya di bumi sebagai khalifah. Tidak seperti di syurga, untuk mempertahankan hidupnya di bumi ini, Adam dan Hawa harus bekerja keras, hingga menurunkan anak cucunya, serta harus selalu berhati-hati untuk tidak lagi menuruti bujuk rayu syetan, serta menyampaikan pesan moral tersebut kepada anak cucunya hingga sekarang.
                 Dogma Adam sebagai manusia pertama pun masih menimbulkan multi tafsir dari para agamawan, karena memang tidak ada ayat dalam kitab suci yang secara eksplisit menyatakan Adam sebagai manusia pertama, dan memunculkan beberapa pertanyaan besar; apakah Adam diciptakan atau dilahirkan? Apakah Adam hidup di zaman dinosaurus atau tidak? Apakah secara kemampuan “akal”, Adam merupakan manusia purba atau manusia modern?.
 
B.      KAJIAN ULAMA MUHAMMADIYAH TENTANG PENCIPTAAN MANUSIA PERTAMA  ( ADAM BUKAN MANUSIA PERTAMA ).
 
Untuk selanjutnya ada baiknya kita simak kajian dari Ulama Muhammadiyah, yang dipublikasikan oleh Musa Mustika dalam topik  Menurut Islam  dan kait kata Islam , Muhammadiyah berikut ini :
Di dalam Al-Qur'an, manusia pertama tidak diungkap secara gamblang (eksplisit). Namun yang pasti, Adam bukanlah khalifah yang pertama dan bukan pula manusia pertama yang diciptakan Allah. Khalifah sebelum Adam adalah khalifah dari kelompok manusia juga. Ada banyak "Adam-Adam" lain yang sebelumnya diciptakan Allah dengan fungsi yang sama, tetapi dengan sifat yang berbeda, yaitu perusak (destruktif). Allah mengganti khalifah perusak yang tanpa tatanan hukum Allah itu dengan khalifah baru yang bernama Adam dan anak keturunannya yang berlandaskan tatanan hukum Allah. Selanjutnya, proses pembelajaran untuk khalifah baru ini segera dilakukan. Dengan apa? Dengan perangkat nalar (rasional). Dengan kata lain, Adam-lah manusia rasional yang pertama. Demikianlah artikel yang ditulis oleh Yusef Rafiqi, " diskontinuitas Tafsir Penciptaan Adam "(Suara Muhammadiyah , 12 Februari 2009). Yusef Rafiqi itu adalah dosen di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Siliwangi Tasikmalaya; dan pengasuh Pondok Pesantren (PP) at-Tajdid Muhammadiyah, Singaparna, Tasikmalaya. Di akhir paparannya dia menulis, " Jangan percaya teori evolusi, tapi ... "dan" Monyet itu saudaraku; jangan hina! ".
Agar lebih mantap lagi,  selanjutnya mari kita baca langsung  apa yang telah ditulis oleh Yusef Rafiqi tersebut :
Di dalam Al-Qur'an manusia pertama memang tidak diungkap secara eksplisit.Tampaknya, mengurai asal-usul manusia pertama bukanlah tema substantif al-Qur'an.Penulis sendiri tidak hendak menguraikan proses penciptaan manusia dari sudut pandang biologis yang terdiri dari jaringan ekstrak atau saripati dan beragam unsur-unsurnya, tetapi dalam tulisan ini yang dibahas adalah substansi penciptaan Adam sebagai seorang khalifah dan kaitannya dengan peradaban manusia.
Substansi dari dialog dengan malaikat (Qs al-Baqarah: 30-31) adalah penegasan bahwa sesungguhnya Allah sebagai Pencipta atau Penjadi khalifah di muka bumi ini. Kata "jaa` ilun "sebagai konstruksi isim fa` il yang berarti subyek pelaku dalam frasa innii jaa'ilun fi al-ardhi khaliifah tidak harus diartikan "hendak menjadikan khalifah di muka bumi".Seandainya arti ini yang dipahami, maka tidak ada khalifah sebelum Adam.Konseksuensi logisnya, Adam adalah manusia pertama.
Seandainya frasa tersebut dikembalikan pada makna asalnya sebagai isim fa'il, maka hal itu mengisyaratkan bahwa Allah-sebelum atau sesudah terjadinya dialog dengan malaikat sebagaimana yang termaktub dalam ayat tersebut-selalu menjadikan khalifah di muka bumi. Dengan demikian, Adam bukanlah khalifah yang pertama dan bukan pula manusia yang pertama yang diciptakan Allah.
Kemudian, ayat-ayat tersebut memunculkan wacana bahwa seolah-olah malaikat memiliki pengalaman mengamat-amati sepak terjang sang khalifah. Tampaknya malaikat khawatir akan masa depan khalifah baru yang bernama Adam itu, seandainya perilaku destruktif akan menghancurkan tatanan taqdis dan tasbih malaikat. Kita hanya bisa menduga-duga kategori khalifah yang seperti apakah yang telah (dan akan) melakukan perbuatan tercela itu. Tidak ada keterangan yang jelas perihal khalifah versi malaikat yang dimaksud. Al-Qur'an dalam Qs Shaad: 67-73 dengan tegas menyatakan untuk tidak memperpanjang bantah-bantahan ini.
Ada riwayat yang mengasumsikan bahwa iblis atau jin sebagai khalifah sebelum Adam.Qatadah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas menduga, bahwa khalifah yang dimaksud adalah khalifah dari golongan jin yang diduga berbuat kerusakan. Asumsi ini berdasarkan analisis ayat yang menerangkan bahwa jauh sebelum manusia diciptakan, Allah telah menciptakan jin (Ibn-Katsir, Qishashul Anbiya ', halaman 2).
Benar bahwa jin (dan malaikat) diciptakan sebelum Adam berdasarkan Qs al-Hijr: 26-27, namun apakah mereka-khususnya para jin-berperan sebagai khalifah di muka bumi?Pendapat para sahabat tersebut tampaknya hanyalah praduga saja. Lagi pula tidaklah mungkin bumi yang kasat mata ini diwariskan kepada para jin yang tidak kasat mata.Bentuk pengelolaan semacam apakah seandainya para jin yang berfungsi sebagai khalifah di muka bumi ini.
Khalifah sebelum Adam dan khalifah yang hendak diciptakan Allah ini adalah khalifah yang benar-benar berasal dari golongan manusia. Perhatikan ayat berikut ini: Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Maha cepat 'iqab-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Qs al-An'am: 165).
Ayat tersebut kembali menegaskan bahwa sesungguhnya Allah adalah pencipta para khalifah di muka bumi ini. Kata ganti orang kedua (dhamir mukhatab) pada ja'alakum merujuk pada seluruh umat manusia. Menilik pada keumuman lafadz ini, apabila dikaitkan dengan pertanyaan malaikat tentang penciptaan khalifah, maka khalifah sebelum Adam adalah khalifah dari kelompok manusia juga. Ada banyak "Adam-Adam" lain yang sebelumnya diciptakan Allah dengan fungsi yang sama namun dengan karakter yang berbeda; destruktif.
Dengan mengorelasikan fakta-fakta arkeologis tentang ragam manusia sebelum Homo sapiens, tampaknya selaras dengan karakter "destruktif" sebagai yang digambarkan malaikat. Namun, bukankah karakter hominid memang demikian? Manusia-manusia tersebut memiliki struktur fisik yang hampir mirip manusia (kalau tidak ingin dikatakan hampir mirip kera). Mereka tercipta dengan volume otak yang kecil yang dengan sendirinya perilakunya pun cenderung tanpa tatanan manusiawi atau bersifat kebinatangan. Mereka tidak layak disebut sebagai khalifah. Sementara itu, khalifah memiliki posisi yang terhormat sebagai "duta" Allah untuk mengelola bumi ini.
Di sinilah letak diskontinuitas itu. Ternyata, kita tidak bisa mengorelasikan fakta sejarah manusia (asal mula manusia menurut para penganut evolusionisme) dengan asal-usul Adam. Ada banyak keterserakan, sebagaimana yang dideskripsikan Michel Foucault, diskontinuitas dipahami sebagai terserak dan berkecambahnya sejarah ide-ide dan munculnya periode-periode yang begitu panjang dalam sejarah itu sendiri. Dalam pengertian tradisional, sejarah semata-mata selalu tertuju pada keinginan untuk menentukan relasi-relasi kausalitas, determinasi sirkular, antagonisme dan relasi ekspresi antara berbagai fakta dan kejadian yang terekam oleh manusia ( The Archeology of Knowledge , hlm. 10).
Keterserakan ini yang menyangkut relasi-relasi kausalitas, determinasi sirkular, antagonisme dan relasi ekspresi antara berbagai fakta dan kejadian yang terekam oleh manusia. Celakanya, kita menganggap bahwa data-data historis tentang bapak manusia itu dirasa cukup hanya dengan ditafsirkan oleh data-data hadits yang sangat dipengaruhi oleh kisah-kisah israiliyat (Bible). Seandainya kita hendak meneliti sejarah penciptaan ini, meminimalisasi diskontinuitas dengan "comot sana comot sini" Dari data-data Biblikal bukanlah semangat Qur'anik. Bukankah sejak awal al-Qur'an diturunkan untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya?
Dengan meneliti ayat "Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (Qs al-Baqarah: 37), suksesi khalifah yang tidak berdasarkan kalimah Allah ke yang berdasarkan kalimat Allah barangkali yang paling mendekati untuk mereka-reka praduga ini. Allah hendak mengganti khalifah yang berperilaku destruktif yang tidak berdasarkan pada hukum-hukum Allah dengan khalifah berperadaban yang berdasarkan pada hukum-hukum Allah. Jadi, tegaslah bahwa para hominid itu bukan khalifah.
Namun yang pasti, Adam bukanlah manusia pertama. Tampaknya Qs al-Baqarah: 30 menghendaki bahwa penciptaan khalifah berikutnya adalah untuk mereformasi dan merehabilitasi "Adam-Adam" sebelumnya. Dengan kata lain, Allah hendak mengganti khalifah perusak yang tanpa tatanan hukum Allah itu dengan khalifah baru yang bernama Adam dan anak keturunannya kelak yang berlandaskan tatanan hukum Allah.
Selanjutnya, proses pembelajaran untuk khalifah baru ini segera dilakukan. Instalasi ini adalah penyediaan pada diri Adam yang berupa persiapan diri untuk menerima seluruh identifikasi nama-nama, al-asma 'kullaha. Kalimat kullaha adalah penguatan (taukid) bahwa pengajaran al-asma meliputi seluruh nama-nama atau identitas (al-musammiyaat) benda-benda ( Tafsir Zamakhsyari , Juz I, hlm. 30).
Sementara itu, Imam al-Qurthuby menitikberatkan bahwa proses pengajaran al-asma 'adalah pengajaran dalam bentuk dasar-dasar ilmu pengetahuan ( Tafsir al-Qurthuby , Juz I, hlm. 279). Hal ini mengandung makna yang lebih dalam, bahwa Adam sudah diperlengkapi dengan perangkat nalar yang siap untuk menerima seluruh identifikasi nama-nama. Pengajaran bukanlah dengan mengajarkan penyebutan benda-benda satu-persatu belaka, namun lebih pada pengidentifikasian yang selanjutnya dikembangkan sendiri oleh Adam. Adam-lah manusia rasional yang pertama.
Proses instalasi ini dijadikan bekal Adam untuk diwariskan kepada anak cucunya dalam rangka mengelola dunianya kelak. Instalasi al-asma 'adalah instalasi sendi-sendi pengetahuan sehingga Adam mampu mengidentifikasi nama-nama seluruhnya (al-asma' kullaha). Faktor inilah yang mendorong manusia untuk menjadi makhluk pembelajar-homo academicus. Adam mampu mengidentifikasi dan mengembangkan daya nalarnya sampai pada tahap yang mengagumkan malaikat. Sementara, malaikat tidak memiliki pengetahuan sedikit pun kecuali apa yang telah diinformasikan Allah kepada mereka, subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa' allamtanaa. Inilah yang membuat malaikat jatuh tersungkur karena ta'dzim kepada Adam akan pencapaian kemajuan ilmiahnya.
Tampaknya, diskontinuitas sejarah penciptaan Adam memang demikian adanya. Al-Qur'an-justru-hendak menggerakkan hikmah di balik penciptaan itu untuk selalu terus menerus berpikir dan menggunakan daya nalar manusia di bawah bimbingan hukum Allah (kalimaatin) sebagaimana Adam meletakkan dasar-dasar budaya dan peradaban di bawah bimbingan-Nya. Sementara itu, membicarakan Adam sebagai tokoh sejarah (manusia pertama atau bukan) tidaklah substansial dan tidak memberikan dampak apa-apa bagi peradaban itu sendiri”.
 
C.      KISAH PENCIPTAAN MANUSIA PERTAMA MENURUT AHLI AL KITAB.
 
                 Selain itu, marilah kita simak cuplikan dari ungkapan dari seorang ahli Alkitab bernama Kardinal Barberini berikut ini :
* Kejadian 1:1 LAI Terjemahan Baru (TB) : “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
*  Kejadian 1 :26-31
1:26    Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27    Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
1:29    Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.
1:31    Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
 
Kejadian 1:1 mengatakan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Dalam Kejadian 2:4 kelihatannya kisah penciptaan yang kedua dan berbeda dimulai. Ide adanya dua kisah yang berbeda mengenai penciptaan adalah salah penafsiran yang sering terjadi pada kedua bagian ini yang sebetulnya menguraikan peristiwa penciptaan yang sama. Keduanya tidak berbeda dalam hal urutan penciptaan dan tidak berkontradiksi satu dengan yang lainnya. Kejadian 1 menjelaskan “enam hari penciptaan” (dan istirahat pada hari ketujuh), Kejadian 2 mencakup hanya satu hari dari 1 minggu penciptaan itu, yakni hari keenam dan tidak ada kontradiksi.
                 Dalam Kejadian 2, coba kita melangkah mundur dalam urutan waktu ke hari keenam, ketika Allah menciptakan manusia. Dalam pasal pertama, penulis Kejadian menyajikan penciptaan manusia pada hari keenam sebagai puncak dari penciptaan. Kemudian dalam pasal kedua penulis memberikan perincian yang lebih banyak mengenai penciptaan manusia.
                 Ada dua tuduhan mengenai kontradiksi antara Kejadian 1 dan 2. Yang pertama adalah mengenai tumbuhan. Kejadian 1:11 mencatat Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ketiga. Kejadian 2:5 mengungkapkan bahwa sebelum penciptaan manusia, tidak ada “belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu” (Kej 2:5). Jadi yang mana? Apakah Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ketiga sebelum Dia menciptakan manusia (Kejadian 1), atau sesudah Dia menciptakan manusia (Kejadian 2). Kata bahasa Ibrani untuk “tumbuh-tumbuhan” dalam kedua bagian itu adalah kata yang berbeda. Kejadian 1:11 menggunakan istilah yang merujuk pada tumbuh-tumbuhan secara umum. Kejadian 2:5 menggunakan istilah yang lebih spesifik yang merujuk pada tanaman yang berhubungan dengan pertanian, yaitu membutuhkan orang untuk merawatnya, tukang kebun. Kedua bagian itu tidak bertentangan. Kejadian 1:11 berbicara mengenai Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan, dan Kejadian 2:5 berbicara mengenai Allah tidak membuat tanaman “yang perlu dirawat” untuk tumbuh sampai Dia menciptakan manusia.
                 Tuduhan kontradiksi kedua berhubungan dengan hewan. Kejadian 1:24-25 mencatat Allah menciptakan binatang pada hari keenam, sebelum Dia menciptakan manusia. Dalam beberapa terjemahan, Kejadian 2:19 kelihatannya mencatat Allah menciptakan binatang setelah Dia menciptakan manusia. Namun demikian, terjemahan yang baik dan masuk akal mengenai Kejadian 2:19-20 berbunyi, “Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan.” Teks itu tidak mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia, baru kemudian menciptakan binatang, dan kemudian membawa binatang-binatang itu kepada manusia. Teks itu justru mengatakan, “Tuhan Allah membentuk semua binatang.” Tidak ada kontradiksi. Pada hari keenam Allah menciptakan binatang, kemudian menciptakan manusia, dan kemudian membawa binatang-binatang itu kepada manusia dan membiarkan manusia menamai binatang-binatang itu.
                 Dengan menimbang kedua kisah penciptaan secara terpisah dan mencocokkannya, kita melihat bahwa Allah menguraikan urutan penciptaan dalam Kejadian 1, dan kemudian mengklarifikasikan rincian yang paling penting, khususnya hari keenam, dalam Kejadian 2. Dalam hal ini tidak ada kontradiksi, yang ada hanyalah gaya bahasa yang menjelaskan suatu kejadian dari umum ke detil.
 
D.      TEORI EVOLUSI ( TEORI DARWIN ).
 
Charles Darwin (12 Februari 1809 – 19 April 1882, usia akhir 73 tahun), adalah seorang naturalis, berkebangsaan Inggris, pencetus “Teori Evolusi” berdasarkan teori “Seleksi Alam” yang dikembangkannya. Darwin menulis ide tentang evolusi di buku berjudul “The Origin of Species” (Asal-usul Spesies”) yang diterbitkan pada tahun 1859.
Buku ini memperkenalkan teori ilmiah bahwa makhluk hidup berevolusi (berubah secara berangsur-angsur) dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam. Dalam teori evolusi dijelaskan juga bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan monyet. Buku yang ditulisnya merupakan hasil ekspedisi penelitian ilmiah selama 5 tahun dengan kapal HMS Eagle yang berangkat dari Inggris pada 27 Desember 1931 dan dilanjutkan dengan penyelidikan dan eksperimen setelah tiba kembali dari ekspedisi.
Selama survai Eagle yang berlangsung selama 5 tahun itu, Darwin menghabiskan dua pertiga dari waktunya ini untuk menjelajahi daratan. Ia menyelidiki beraneka ragam penampilan geologis, fosil dan organisme hidup, dan menjumpai beraneka ragam manusia, baik masyarakat pribumi maupun kolonial. Secara metodik ia mengumpulkan sejumlah besar spesimen, banyak di antaranya baru bagi ilmu pengetahuan. Hal ini mengukuhkan reputasinya sebagai seorang naturalis dan menjadikannya salah seorang perintis dalam bidang ekologi.
Sekembalinya ke Inggris tahun 1936, Darwin berusaha memecah-kan teka-teki atas apa yang ia amati, juga yang menyangkut pertanyaan bagaimana spesies berevolusi. Dengan berbekal pemikiran Malthus, Darwin mengemukakan teori evolusi yang terjadi dengan proses seleksi alam. Hewan atau tumbuhan yang paling bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya paling besar peluangnya untuk bertahan hidup dan bereproduksi, sambil meneruskan karakteristik yang membantunya bertahan ke keturunannya.
Pada tahun 1842, Charles Darwin telah menyusun teorinya dan esai setebal 250 halaman yang baru selesai tahun 1844, yakni selama 20 tahun. Dari studinya tersebut Darwin menyimpulkan bahwa :
1.       Evolusi terjadi di alam.
2.       Perubahan evolusioner terjadi secara perlahan-lahan (gradual) dalam tempo ribuan sampai jutaan tahun. Proses yang menyebabkan perubahan ini menghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan pada akhirnya, setelah berlangsung secara terus-menerus akan terbentuk keragaman yang baru, dan akhirnya menjadi spesies baru.
3.       Mekanisme utama dalam terjadinya evolusi adalah satu proses yang disebut seleksi alam. Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya kepada generasi berikutnya.
4.       Jutaan spesies yang hidup dewasa ini berasal dari satu bentuk kehidupan asli tunggal melalui proses pencabangan yang dikenal dengan nama spesiasi (speciation).

Kapal ekspedisi ilmiah HMS Eagle

Proses evolusi manusia.

 
Struktur kerangka manusia dan kerangka “nenek moyangnya”.

Gambar pohon evolusi (proses pencabangan). Proses evolusi ini yang diperkirakan berawal 4 --5 juta tahun lalu, terdapat beberapa “bentuk transisi” antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut skenario terdapat 4 “kategori” dasar: 1. Australopithecus, 2. Homo habilis, 3. Homo erectus. 4. Homo sapiens (manusia modern).
 
Buku Darwin The Origin of Species by Natural Selection (terbit pada tahun 1859) membuat evolusi menjadi populer untuk orang awam. Teori-teori evolusi telah dianut orang selama ratusan tahun, namun walaupun ada orang-orang yang berusaha menjelaskan bumi ini dengan cara-cara "alamiah," mereka tidak mampu menciptakan suatu sistem yang betul-betul masuk akal.
Akan tetapi sistem Darwin betul-betul masuk akal bagi banyak orang, terutama pada tahun 1859, suatu masa rasionalisme yang ekstrim dan saat Alkitab diserang secara gencar oleh para "kritikus yang membuat penilai¬an kritis terhadap Alkitab, yang menolak segala apa yang adikodrati"
Darwin mulai dengan berkata bahwa ada perbedaan pada semua makluk hidup. Misalnya, tidak ada dua manusia yang sama betul. (Tidak, bahkan anak kembar satu telur pun tidak!). Darwin juga mengatakan bahwa makhluk-makhluk hidup sering bersaing untuk memperoleh makanan, daerah tinggal, jodoh. Kadang-kadang suatu keistimewaan tertentu mem beri anggota-anggota suatu rumpun keunggulan di atas yang lain yang tidak memilikinya. Mereka yang memiliki keistimewaan yang menguntungkan itu (yang mungkin membuat mereka lebih kuat, sehat, atau lebih mampu bertempur atau melarikan diri dari musuh) mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk memenangkan perjuangan untuk hidup, dan mereka itu hidup dan berkembang biak sementara yang lain-lain mati.
Darwin menamakan perjuangan ini "seleksi alami", dan dalam penggunaan secara populer istilah ini berkembang menjadi ungkapan "yang kuatlah yang bisa bertahan tetap hidup". Darwin memperbandingkan seleksi alami dengan seleksi buatan, di mana seorang pembiak memilih tanam-tanaman atau hewan dengan keistimewaan-keistimewaan dan membiakkan mereka ini lewat beberapa generasi. Dengan seleksi terkontrol ini, seorang pembiak mencoba mengembangkan jenis-jenis baru yang selalu memperlihatkan keistimewaan-keistimewaan tertentu.
Menurut Darwin, seleksi alami kodrati jauh lebih dari itu. Darwin percaya bahwa dari satu atau beberapa bentuk yang asli, seleksi alami telah menghasilkan setiap jenis hewan yang ada dan yang pernah ada. (Jika tanam-tanaman dan hewan yang telah punah turut dihitung, maka ada kira-kira satu juta jenis hewan dan 250.000 jenis tanam-tanaman yang telah dihasilkan oleh seleksi alami itu).
Teori evolusi didasarkan atas observasi pada mahluk-mahluk yang di kenal (lihatlah lingkaran-lingkaran di atas) kemudian mahluk-mahluk tersebut dihubung-hubungkan dalam silsilah hipotetis, meskipun cabang-cabang pohon yang menggambarkan silsilah ini tak dapat dipastikan arah pertumbuhannya. Gambaran pohon silsilah di atas adalah salah satu contoh diagram vang dipakai selama parohan pertama abad ke-20 dalam buku-buku teks dan ensiklopedi-ensiklopedi.
Di atas adalah sebuah contoh daripada semacam silsilah teori evolusi, yang sifatnya masih sementara saja (bisa diubah kalau perlu), tetapi bisa didapat di penerbitan-penerbitan mutakhir (akhir 1950-an dan 1960-an). Alih-alih secara berani memaksakan pendapat bahwa semua kehidupan dimulai dari semacam bentuk-bentuk sederhana yang kemudian berkembang melalu i generasi-generasi, para evolusionis masa kini lebih suka menelusuri evolusi ordo tertentu, misalnya binatang menyusui tingkat utama. Perhati kan lah bahwa ada garis-garis putus yang menentukan dalam pelbagai cabangnya. Ini menunjukkan bahwa ada banyak bidang-bidang tak diketahui di mana bukti-bukti adanya hubungan belum diketemukan.
Bagaimana katanya "penyaringan kodrati" itu berlangsung? Ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Jelas, banyak ciri makhluk-makhluk hidup yang diperoleh yang bukan kodrati (bawaan). Ciri-ciri perolehan itu disebabkan oleh perbedaan-perbedaan iklim, makanan, penyakit, kecelakaan, dan sebagainya. Kebanyakan ilmuwan (tetapi tidak semua) berpendapat bahwa ciri-ciri tersebut di atas itu tidak diturunkan kepada anak cucunya.
Para ilmuwan juga berpendapat bahwa ciri-ciri tertentu dalam benda-benda hidup disebabkan oleh "mutasi keturunan". Setiap sel hidup mengandung plasma-plasma pembawa sifat. Plasma ialah satuan kecil informasi yang turun-temurun dan plasma inilah yang menentukan seperti apa kelak individu-individu dalam generasi yang berikut. Akan tetapi kadang-kadang terjadi mutasi, yaitu, ada perubahan dalam sifat (susunan) suatu plasma. Mutasi ini menyebabkan keistimewaan-keistimewaan dalam generasi berikutnya.
Ironisnya kebanyakan keistimewaan itu berbahaya dan makhluk-makhluk yang lahir dengan keistimewaan-keistimewaan ini biasanya mati satu demi satu atau tidak berkembang biak. Namun, menurut teori evolusi, sekali-sekali mereka yang lahir dengan keistimewaan tampaknya berhasil baik dan lebih besar kemungkinannya untuk hidup dan berkembang biak. Kaum evolusionis berpendapat bahwa setelah bertahun-tahun, jumlah mereka ini akan cukup untuk mengembangbiakkan semua jenis tanam-tanaman dan hewan, baik yang sudah punah maupun yang masih hidup.
Tepatnya, secara bagaimana teori Darwin tentang evolusi organik itu bertentangan dengan Alkitab? Abad ke-19 adalah abad skeptisisme dan rasionalisme di mana banyak orang siap menerima sepenuhnya teori evolusi organis yang dilancarkan oleh Lamarck, Darwin dan DeVries. Dari ketiga orang ini, Darwinlah yang paling berpengaruh, disebabkan oleh karya epiknva, "The Origin of Species." Buku Darwin ini mempopulerkan konsep evolusi dan memberikan penjelasan secara lain tentang asal mula kehidupan. Konsep ini berkembang menjadi evolusionisme, semacam humanisme agama yang menggantikan Tuhan dengan seleksi alami.
"Evolusi" ialah sebuah kata sederhana yang telah menjadi istilah berbobot. Evolusi berarti "perkembangan secara teratur" dari sesuatu. Akan tetapi Darwin percaya akan evolusi organik secara total, hal mana mempunyai banyak implikasi, terutama bagi orang yang percaya akan pernyataan Firman Tuhan, yakni Alkitab.
Sebagai seorang yang pernah menjadi mahasiswa sekolah tinggi teologia, Darwin sama sekali bukanlah seorang ateis. Dalam alinea terakhir dari bukunya, The Origin of Species, ia berbicara tentang" ... hidup, dengan kuasanya yang bermacam-macam itu, yang pada mulanya ditiupkan oleh Pencipta ke dalam beberapa atau ke dalam satu bentuk ... "
Namun, Darwin merasa sulit membayangkan "sudah tertentunya jenis-jenis," yakni, seorang Pencipta melakukan tindakan penciptaan yang tak terbilang jumlahnya untuk menghasilkan ratusan ribu jenis dari bermacam-macam tanam-tanaman dan hewan yang ada dan pernah ada. Akan tetapi dalam menentang tafsiran Alkitab tentang "tertentunya jenis-jenis" itu yang telah memasyarakat dalam zamannya, Darwin menciptakan sebuah teori yang jika diikuti hingga kepada kesimpulan akhirnya yang logis, tidak memberi tempat bagi, dan tidak memerlukan, seorang Pencipta. Dengan kata lain, teori Darwin itu begitu banyak berserah kepada cara-cara ke betulan dan kepada "seleksi alami", sehingga mudahlah bagi kaum anti supraalami (adikodrati) dari zamannya .untuk menggunakan teori evolusi organik itu untuk meniadakan peran Tuhan sama sekali.
Teori ilmiah tentang evolusi juga telah berevolusi dibandingkan dengan teori awal yang ditulis Darwin, namun seleksi alam tetap menjadi teori ilmiah yang paling banyak diterima untuk menjelaskan evolusi dari suatu spesies. Hingga kemudian Charles Darwin juga menulisnya dalam buku “The Descent Man”, yang diterbitkan tahun 1871, yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari sebuah spesies tunggal yang kemudian mengalami evolusi untuk mempertahankan hidupnya, sehingga manusia pun merupakan suatu bentuk/hasil dari proses evolusi yang berlangsung selama ribuan tahun tersebut. Bahkan secara eksplisit Darwin juga menyatakan bahwa manusia merupakan hasil evolusi dari kera. Teori ini menjadi kontroversi besar, dan mendapat penolakan terutama dari kaum agamawan. Bahkan tidak hanya agamawan, para ilmuwan pun masih mempertanyakan keabsahan teori evolusi Darwin, karena hingga saat ini kera masih hidup berdampingan dengan manusia. Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah Evolusi dari kera atau keturunan kera adalah hal yang mustahil karena bertentangan dengan hukum genetika. Secara ilmu, gen kera akan melahirkan kera, gen manusia akan melahirkan manusia.
George Bernard Shaw, salah seorang dramawan terkemuka sepanjang masa, pernah berkata bahwa teori Darwin itu memasyarakat pada saat dunia sedang "muak" akan pikiran bahwa segala sesuatu itu terjadi karena "tindakan pribadi yang bersifat sewenang-wenang dari seorang Allah yang mempunyai watak pribadi yang berbahaya, cemburu dan kejam ... " dan inilah sebabnya mengapa banyak orang cepat menerima teori Darwin dan menempatkannya jauh di luar bidang ilmu dan benar-benar membuatnya menjadi sebuah agama. Percekcokan antara agama Kristen dengan teori evolusi organik ini adalah suatu contoh yang baik tentang bagaimana orang bisa bereaksi terhadap dogma teologis, yang belum tentu sesuai dengan apa yang diajarkan Alkitab. Sekalipun bukti tentang adanya evolusi tidak meyakinkan pada waktu itu (dan hingga sekarang pun belum meyakinkan), orang menerimanya sebagai dogma yang dipercayai dengan iman, karena di sini terdapat suatu penjelasan yang masuk akal tentang dunia dan makhluk-makhluk hidup.
E.      PENDAPAT SAYA MENGENAI TEORI ADAM DAN TEORI DARWIN.
 
Sebagai seorang muslim, tentunya saya lebih suka untuk mencoba mempelajari kehidupan manusia melalui Al Quran. Apalagi setelah saya membaca artikel yang telah disampaikan secara ekslusif oleh Al Kindi.
Dalam artikel tersebut Al Kindi cukup jelas menggambarkan pandangannya tentang hakikat kehidupan manusia menurut Al Quran dengan logika pemikirannya yang sangat cerdas. Bahwa manusia terbagi dua hal yaitu jiwa (ruh) dan jasad. Perpaduan kedua bahan material inilah yang oleh manusia awam ditafsirkan sebagai ”kehidupan manusia”. Fakta bahwa secara biologis tubuh manusia terbentuk dari hasil pertemuan sel sperma dan ovarium, lalu membentuk zygote, dan berkembang menjadi janin, kemudian lahir menjadi seorang bayi, adalah proses biologis pertumbuhan jasad manusia. Sedangkan pertumbuhan sang bayi menjadi dewasa, lalu meninggal dunia adalah proses dari hidup manusia itu sendiri.
Memang Al Kindi tidak secara sains menafsirkan proses penciptaan manusia, namun hanya mencoba menganalogikan bahwa dalam proses kehidupan manusia ada tujuan yang harus dicapai, ada akal yang harus dipergunakan dan ada jiwa yang abadi. Akal dan jiwa itulah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Akal dipergunakan untuk berpikir sebelum bertindak dan jiwa yang bersifat kekal, akan menanggung segala akibat dari pemikiran akal. Adanya visi misi dan tujuan hidup manusia lah, yang menjadikan teori penciptaan manusia menurut Al Quran terasa lebih berisi dan terarah. Karena manusia hidup tidak mungkin tanpa adanya sebuah tujuan, demikian juga pemberian akal bagi manusia pun pasti dimaksudkan untuk memberi manfaat terhadap sesama manusia dan seluruh makhluk hidup di alam semesta ini. Jadi  jikalau saya ditanya "siapa manusia pertama dimuka bumi ini?". Maka  sudah pasti jawaban saya adalah nabi Adam. Kenapa demikian ? Karena sejak SD hingga SMA, semua guru agama yang mengajarkan pendidikan Agama Islam pasti mengatakan bahwa manusia pertama adalah nabi Adam.
Saat masih anak-anak, waktu mendapat penjelasan dari sang guru Agama Islam bahwa nabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah berasal dari tanah, saya sempat berfikir “ apa benar sih, manusia diciptakan dari tanah ?”. Namun sebagai orang yang beragama Islam saya harus percaya dan tidak boleh meragukan kebenaran dari Al Quran, yakni kitab suci bagi umat Islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Hingga akhirnya setelah dewasa dan membaca/ mempelajari Al Qur’an saya benar-benar yakin tentang penciptaan manusia berasal dari tanah. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Mu’minun ayat 12-15 :

Dan tentu saja Kami menciptakan manusia dari saripati tanah liat
Kemudian Kami jadikan saripati itu setetes sperma-dalam penginapan perusahaan
Kemudian Kami membuat sperma-drop ke dalam gumpalan menempel, dan Kami jadikan gumpalan menjadi benjolan [daging], dan Kami jadikan [dari], tulang benjolan, dan Kami menutupi tulang dengan daging, kemudian Kami mengembangkan dirinya ke lain penciptaan. Jadi terpujilah Allah, yang terbaik dari pencipta
Kemudian memang, setelah itu Anda adalah untuk mati
"Bagaimana dengan orang yang berpendapat berbeda akan asal manusia?". Tentunya saya akan tetap menghargai pendapat orang tersebut. Sebab apa ? Yach, karena manusia dikaruniai otak dan akal untuk berfikir, sehingga menginterpretasikan suatu hal tentu akan berbeda-beda.
Namun jika kita simak pendapat dari Ulama Muhammadiyah yang telah disampaikan di atas tadi, yang menurut saya lebih bijak menerima Teori Evolusi yang dikemukakan oleh Darwin, bisa jadi memang demikian kebenarannya.
Sebagai salah satu cara untuk memantapkan hati kita, cobalah mendaki gunung ataupun menjelajahi hutan belantara. Banyak sekali keajaiban yang akan kita temui, yang sanggup membuat kita tercengang, takjub dan tunduk dalam keagungan Allah SWT. “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah” (QS. Sajadah: 7).
Bumi tempat kita hidup berisi beragam kehidupan, yang mustahil itu hanya berasal dari satu organisme sebagaimana gagasan evolusi Charles Darwin. Sebenarnya Darwin sendiri menemukan keragu-raguan atas teori yang diterbitkannya, juga pandangan dan anggapan negatif yang diterimanya dari kalangan ilmuwan maupun penganut Kristen Victoria pada saat itu, namun ia tetap menerbitkan 2 bukunya .
Sekarang , mungkin saja masih muncul dari benak kita 1 pertanyaan “ Apakah makhluk hidup itu memang benar-benar berevolusi ?” Kemudian pertanyaan lain susul menyusul. “ Dengan cara apa makhluk hidup itu berevolusi?” Sampailah kita pada satu pertanyaan, “Mengapa kita manusia tidak juga berevolusi menjadi makhluk yang lain, yang lebih baik dan unggul. Atau memang spesies kita telah tetap dan tidak akan berevolusi. Bagaimana dengan ‘saudara dekat’ kita, kera dan monyet?”. Ada orang utan di Sumatra dan Kalimantan, ada juga Gorillla dan Simpanse di afrika. Dan spesies2 bangsa primata lain di seluruh dunia. “ Mengapa mereka setelah hidup dibumi selama ribuan tahun tidak juga berevolusi menjadi semacam manusia?”
Perkembangan asal usul manusia menurut teori evolusi Darwin berlangsung dalam 4 gelombang perubahan. Pembagian ini berdasar atas penemuan fosil-fosil yang tersebar di berbagai penjuru bumi. Padahal, fosil-fosil yang ditemukan oleh para ahli Paleontologi dalam keadaan yang tidak lengkap atau utuh. Penemuan itu hanya berupa gigi, potongan tulang rahang, bagian tulang tengkorak, dan potongan tulang tungkai yang kemudian di rekonstruksi bentuknya masing-masing dengan perkiraan/ hipotesa imajinatif ke dalam wujud atau bentuk aslinya secara lengkap. Dari hasil rekayasa ini, seperti yang telah di sampaikan di atas, mereka membagi manusia prasejarah dalam 4 kelompok. Yaitu Australopithecus, Pithecantropus (Homo erectus), Neanthertal dan Cro-Magnon, serta Homo sapiens (manusia sekarang).
Manusia, hewan, dan tumbuhan telah hidup di muka bumi selama jutaan tahun. Masing-masing menjadi saling ketergantungan satu sama lain dalam suatu sinergi kehidupan yang kompleks dan unik, serta berlangsung terus menerus. Keragaman kehidupan yang tak terpisahkan. Sangat kuat terintegrasi dalam ekosisitem yang berbeda-beda. Ekosistem yang mendukung keberlanjutan keragaman spesies yang hidup dan berkembang biak dalam ekosistem itu, yang berisikan bermacam-macam spesies yang berbeda dan tersusun atas ciri2 fisik yang berbeda pula. Fakta ini membuktikan secara garis besar bahwa setiap spesies itu unik dengan ciri2 mereka sendiri.
Keragaman makhluk hidup sengaja diciptakan oleh Allah dalam rancangan yang tetap dan teratur dalam bentuk yang sempurna secara lengkap, kompleks, dan rumit. Semuanya diciptakan dalam proses dan waktu yang tepat, serta disusun dari komponen yang seimbang dan akurat. Dan cobalah simak salah satu firmannya.... Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-sekali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi. Niscaya, penglihatanmu akan kembali kepada mu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk: 3-4)
Sejak awal penciptaannya, setiap spesies mempunyai ciri2 yang khusus dan unik. Sehingga setiap spesies makhluk hidup dapat dibedakan dari makhluk hidup lainnya. Demikian juga penciptaan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sesempurna mungkin. Makhluk yg mulia dan terhormat di sisi Allah SWT. Sehingga manusia sangatlah berbeda dari hewan.
Dalam hal penciptaan langit dan bumi dan seluruh isinya yg bermacam-macam bukanlah hal yg sulit bagi Allah untuk mewujudkannya. “Sesungguhnya, bagi Nya, apabila Dia menghendaki sesuatu cukuplah dengan berkata ‘Jadilah’ maka terjadialah ia. Maka, Maha Suci Allah Yang di Tangan NYa kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada Nya lah kamu di kembalikan.” (QS. Yaasin:82-83).
Maka, teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari semacam kera yang berjalan dari empat kaki kemudian berevolusi akibat seleksi alam menjadi berjalan dengan 2 kaki secara tegak, nyata2 bertentangan dengan agama Islam. Akhirnya kita harus berani menyangkal dan menolak dalam kesadaran yang tinggi dengan bekal keimanan kita kepada Allah SWT.
III. PENUTUP
 
      A.    SIMPULAN.
 
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa pendapat mengenai penciptaan manusia pertama, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua versi yakni versi agamawan dan versi ilmuwan. Adapun diantara pendapat para agamawan dan ilmuwan  tersebut adalah sebagai berikut :
1.     Pendapat dari ahli filsafat Islam dan para ulama Islam pada umumnya berdasarkan kitab suci Al Qur’an adalah :
        Manusia pertama diciptakan 0leh Allah SWT dari lempung busuk/ tanah, dan kemudian setelah selesai dibentuk, barulah diberi ruh dan selanjutnya diberikan akal. Manusia terbagi menjadi dua hal yaitu jiwa (ruh) dan jasad. Perpaduan kedua bahan material inilah yang ditafsirkan sebagai “kehidupan manusia”.
Selanjutnya dikisahkan bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan dari tanah liat yang kemudian ditiupkan kepadanya ruh tersebut diberi nama Adam, sebagai manusia dewasa yang hidup seketika itu juga, yang kemudian di tempatkan di surga. Karena merasa kesepian, maka Tuhan pun menjadikan istrinya Hawa, yang diambil dari salah satu tulang rusuk Adam.  
Dogma Adam sebagai manusia pertama masih menimbulkan multi tafsir dari para agamawan, karena memang tidak ada ayat dalam kitab suci yang secara eksplisit menyatakan Adam sebagai manusia pertama, dan memunculkan beberapa pertanyaan besar; apakah Adam diciptakan atau dilahirkan, apakah Adam hidup di zaman dinosaurus, serta Adam merupakan manusia purba atau manusia modern.
2.     Dari kajian para Ulama Muhammadiyah  ditafsirkan bahwa Adam bu-kanlah manusia pertama. Hal itu dikarenakan di dalam Al-Qur'an, manusia pertama tidak diungkap secara gamblang (eksplisit). Namun yang pasti, Adam bukanlah khalifah yang pertama dan bukan pula manusia pertama yang diciptakan oleh Allah. Khalifah sebelum Adam adalah khalifah dari kelompok manusia juga yang sebelumnya diciptakan Allah dengan fungsi yang sama, tetapi dengan sifat yang berbeda, yaitu perusak (destruktif). Hingga akhirnya Allah mengganti khalifah perusak tersebut dengan khalifah baru yang bernama Adam dan anak keturunannya yang berlandaskan tatanan hukum Allah. Selanjutnya, proses pembelajaran untuk khalifah baru ini segera dilakukan, dengan diberikan akal/ nalar/ rasional. Dengan kata lain, Adam-lah manusia rasional yang pertama. Kajian pendapat tersebut disampaikan dan dipopulerkan oleh Yusef Rafiqi, seorang dosen di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Siliwangi Tasikmalaya; dan pengasuh Pondok Pesantren (PP) at-Tajdid Muhammadiyah, Singaparna, Tasikmalaya. Dan di akhir paparannya ia menyampaikan pesan " Jangan percaya teori evolusi, tetapi ... "dan" Monyet itu saudaraku; jangan hina ! 
3.     Pendapat ahli Al Kitab tentang penciptaan manusia pertama pada dasarnya sama dengan Ulama/ ahli filsafat Islam; hanya dijelaskan secara eksplisit bahwa penciptaan manusia pertama dilaksanakan pada hari ke 6 penciptaan alam semesta beserta isinya.
4.     “Teori Evolusi” berdasarkan teori “Seleksi Alam” dikembangkan Charles Darwin, seorang naturalis, berkebangsaan Inggris dalam bukunya yanng berjudul “The Origin of Species” (Asal-usul Spesies”) yang diterbitkan pada tahun 1859, yang mana diperkenalkan teori ilmiah bahwa makhluk hidup berevolusi (berubah secara berangsur-angsur) dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam. Dalam teori evolusi dijelaskan juga bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan kera. Buku yang ditulisnya merupakan hasil ekspedisi penelitian ilmiah selama 5 tahun dan dilanjutkan dengan penyelidikan dan eksperimen selama 20 tahun. Dalam bukunya setebal 250 halaman yang baru selesai tahun 1844, tersebut Darwin menyimpulkan bahwa :
a.       Evolusi terjadi di alam.
b.      Perubahan evolusioner terjadi secara perlahan-lahan (gradual) dalam tempo ribuan sampai jutaan tahun dan menghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan pada akhirnya, setelah berlangsung secara terus-menerus akan terbentuk keragaman yang baru, dan akhirnya menjadi spesies baru.
c.      Mekanisme utama dalam terjadinya evolusi adalah satu proses yang disebut seleksi alam. Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya kepada generasi berikutnya.
d.      Jutaan spesies yang hidup dewasa ini berasal dari satu bentuk kehidupan asli tunggal melalui proses pencabangan yang dikenal dengan nama spesiasi (speciation).
Proses evolusi ini yang diperkirakan berawal 4 --5 juta tahun lalu, terdapat beberapa “bentuk transisi” antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut skenario terdapat 4 “kategori” dasar yakni :
         1)    Australopithecus.
         2)     Homo habilis.
         3)     Homo erectus.
         4)     Homo sapiens (manusia modern)
Teori ilmiah tentang evolusi juga telah berevolusi dibandingkan dengan teori awal yang ditulis Darwin, namun seleksi alam tetap menjadi teori ilmiah yang paling banyak diterima untuk menjelaskan evolusi dari suatu spesies,  yang ditulis oleh Charles Darwin dalam bukunya yang ke dua “The Descent Man”, yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari sebuah spesies tunggal yang kemudian mengalami evolusi untuk mempertahankan hidupnya, sehingga manusia pun merupakan suatu bentuk/hasil dari proses evolusi yang berlangsung selama ribuan tahun tersebut. Bahkan secara eksplisit Darwin juga menyatakan bahwa manusia merupakan hasil evolusi dari kera.
4.       Sebagai seorang muslim, saya lebih mantap mempercayai penciptaan manusia pertama ini berdasarkan Al Quran. Mengutip dari apa yang telah disampaikan oleh seorang filsafat Islam bernama Al Kindi bahwa manusia terbagi dua hal yaitu jiwa (ruh) dan jasad. Perpaduan kedua bahan material inilah yang oleh manusia awam ditafsirkan sebagai ”kehidupan manusia”. Dan kemudian setelah membaca/ mempelajari Al Qur’an saya benar-benar yakin tentang penciptaan manusia berasal dari tanah, yang dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Mu’minun ayat 12-15. Fakta bahwa secara biologis tubuh manusia terbentuk dari hasil pertemuan sel sperma dan ovarium, lalu membentuk zygote, dan berkembang menjadi janin, kemudian lahir menjadi seorang bayi, adalah proses biologis pertumbuhan jasad manusia. Sedangkan pertumbuhan sang bayi menjadi dewasa, lalu meninggal dunia adalah proses dari hidup manusia itu sendiri.
 
B.     SARAN.
 
Perseteruan kedua teori besar tentang sejarah kehidupan penciptaan manusia pertama tersebut sepertinya akan terus berlanjut. Namun demikian bagi para ilmuwan dan pemuka agama hendaknya tidak terlalu mempersoalkan perbedaan pendapat tentang penciptaan manusia. Karena masing-masing mempunyai alasan dan keyakinan sendiri-sendiri. Biarlah antara ilmu dan agama masing-masing tumbuh seiring sejalan.
Dan akhirnya kita semua hanya bisa berharap semoga suatu saat nanti manusia mampu menguraikan sejarah keturunan manusia melalui genetika DNA atau penemuan-penemuan lain tentang kehidupan manusia. Wallahu alam bisshawab !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar