Rabu, 04 Januari 2017

Pengambilan Keputusan Individu


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan makalah sebagai tugas Ujian Tengah Semester, Mata Kuliah Prilaku Organisasi ini dapat berjalan lancar tanpa hambatan berarti.
Dalam makalah ini telah dapat kami paparkan tentang Pengambilan Keputusan Individual. Materi yang ditulis dalam makalah ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui apa dan bagaimana “Pengambilan Keputusan Individual” itu sesuai dengan keterbatasan kemampuan kami sebagai penyaji.
Kami tahu bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun kami berharap bahwa apa yang telah kami paparkan ini dapat sedikit bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Amin !
 BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah.
Organisasi saat ini menemui beberapa tantangan terbesarnya. Globalisasi, iklim persaingan yang kian kompetitif, serta tuntutan yang tinggi akan kualitas dan produktivitas menuntut organisasi untuk mampu menjawab tantangan-tantangan ini dan bertahan dalam dinamika perubahan yang bergerak relatif kian cepat. Manajer saat ini perlu memahami perannya dalam organisasi serta mampu merespon tekanan dan tuntutan perubahan baik dari para pekerjanya, pesaing-pesaingnya, maupun lingkungan sekitarnya. Pemahaman akan perilaku organisasi membantu manajer memahami perubahan di sekitarnya dalam pengambilan keputusan dan kebijakannya.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh manajer/ pimpinannya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
Dalam kenyataannya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang tidak sistematis seperti proses yang dikemukakan sebelumnya. Keputusan individu dalam organisasi biasanya dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang tidak kompleks. Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam pengambilan resiko dan kemungkinan ketidakcocokan.
B.       Perumusan Masalah
1.      Bagaimana penjelasan tentang Dasar Pengambilan Keputusan ?
2.      Bagaimana penjelasan tentang Faktor  yang mempengaruhi  Pengambilan Keputusan ?
3.      Bagaimana penjelasan tentang Metode Pengambilan Keputusan ?
4.      Bagaimana penjelasan tentang Proses Pengambilan Keputusan ?
5.      Bagaimana penjelasan tentang Kekuatan dari pengambilan keputusan ?
6.     Bagaimana penjelasan tentang Cara-cara Meningkatkan Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan?
7.    Bagaimana penjelasan tentang Kondisi/ situasi dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan keputusan individual ?
8.      Bagaimana penjelasan tentang Etika Dalam Pengambilan Keputusan ? 
C.      Tujuan Penyusunan Makalah 
1.      Untuk memaparkan penjelasan tentang Dasar Pengambilan Keputusan
2.      Untuk memaparkan penjelasan tentang Faktor  yang mempengaruhi  Pengambilan Keputusan
3.      Untuk memaparkan penjelasan tentang Metode Pengambilan Keputusan
4.      Untuk memaparkan penjelasan tentang Proses Pengambilan Keputusan
5.      Untuk memaparkan penjelasan tentang Kekuatan dari pengambilan keputusan
6.   Untuk memaparkan penjelasan tentang Cara-cara Meningkatkan Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan
7.  Untuk memaparkan penjelasan tentang Kondisi/ situasi dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan keputusan individual
8.      Untuk memaparkan penjelasan tentang Etika Dalam Pengambilan Keputusan
D.      Manfaat Penyusunan Makalah
Agar pembaca mengetahui apa dan bagaimana “Pengambilan Keputusan Individual

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan.
a.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi.
Yakni pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif  ini memberikan keuntungan, yakni:
i)            Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
ii)          Keputusan intuitif  lebih tepat untuk masalah yang bersifat kemanusiaan.
b.      Pengambilan Keputusan Rasional.
Ialah pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
c.       Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman.
Cara pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
d.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta.
Adalah pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
e.       Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Model  pengambilan Keputusan Terbaik adalah model Rasional . 
B.     Faktor  yang mempengaruhi  Pengambilan Keputusan.
Faktor yang mempengaruhi seorang manajer/pimpinan dalam pengambilan keputusan adalah perilaku individu. Untuk mengetahui perilaku individu, seorang pimpinan perlu memperhatikan beberapa variabel yang mempengaruhinya, yakni :
a.         Variabel lingkungan : keluarga, budaya, kelas sosial.
b.     Variabel psikologis : persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran, motivasi, kemampuan fisik, kemampuan mental.
Dari berbagai variabel tersebut, terdapat 4 ciri utama individu yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi efektifitas organisasi, yakni :
i.           Persepsi (perception).
Persepsi (perception) adalah proses pemberian arti oleh individu kepada organisasi. Persepsi ini sering dipengaruhi berbagai hal, seperti faktor situasio-nal, kebutuhann dan emosi, serta karakteristik pimpinan seringkali mempengaruhi konsep persepsi selektif. Pengambilan keputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Persepsi merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission making) karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk meyusun identifikasi, analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.
ii.      Sikap (attitude).
               Sikap (attitude) adalah kesiapsiagaan mental yang dikendalikan melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh kepada respons seseorang terhadap sesuatu. Seorang pimpinan/ manajer mempunyai tugas untuk mengubah sikap para bawahan yang telah terbentuk sebelumnya yang berbeda untuk tiap individu, karena mereka berasal dari lingkungan yang heterogen.
iii.    Kepribadian (personality).
Kepribadian (personality). Masalah yang paling sulit dihadapi oleh seorang manajer adalah memahami hubungan antara perilaku (behaviour) dengan kepribadian (personality). Untuk mengerti dan memahami faktor-faktor tersebut, perlu dilakukan pendekatan humanistis guna memberikan tekanan pada pengembangan dan aktualisasi diri (self actualization) dari individu.
iv.     Pembelajaran (learning).
Belajar adalah proses terjadinya perubahan yang relatif  tetap dalam perila-ku akibat dari suatu praktek. Untuk itu perlu diperhatikan 4 pilar pembelajaran :
i.        Learning to know.
ii.      Learning to do.
iii.    Learning to live together.
iv.     Learning to be.
Idealnya keempat pilar pembelajaran ini selalu dilakukan terprogram melalui pelatihan atau ha;-hal sejenisnya, namun untuk menghemat waktu, keempat pilar pembelajaran ini seringkali dilakukan sambil berjalan melalui apa yang disebut learning by doing.
C.    Metode Pengambilan Keputusan.
Secara teoritis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan yang sudah banyak dikenal orang, yakni sebagai berikut :
i.           Kewenangan Tanpa Diskusi (authority rule without discussion).
Metode pengambilan keputusan ini sering kali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.
Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.

ii.         Pendapat Ahli (expert opinion).
Seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli dan memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
iii.       Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion).
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
iv.       Kesepakatan (consensus).
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
1.         Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan.
2.         Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok
3.         Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
D.       Proses Pengambilan Keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan proses yang komleks yang memerlukan penanganan yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah beriktu ( Gibson dkk, 1987 ) :
Ada 6 langkah dalam model Pengambilan Keputusan Rasional, yakni :
i.        Menetapkan masalah,  tujuan dan sasaran.
Masalah ada apabila terjadi kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Sebelum memulai proses pengambilan keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
ii.      Mengidentifikasi kriteria keputusan.
Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus diidentifikasikan terlebih dahulu mana yang penting dan harus didahulukan penyelesaiannya, serta diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan upaya penggalian. Sehingga dalam hal ini kadang-kadang masing-masing individu membawa kepentingan, nilai dan pilihan-pilihan pribadi ke dalam proses.
iii.    Mengalokasikan bobot pada kriteria.
Pada tahap ini juga disusun criteria tentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan keputusan Setiap kriteria memiliki bobot/ skala prioritas,  kemudian kita urutkan sesuai peringkat pentingnya
iv.     Mengembangkan berbagai alternatif.
Dalam langkah ini dikembangkan berbagai alternatif yang mungkin bisa diambil untuk menyelesaikan masalah. Selama alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung .
v.       Mengevaluasi alternatif.
Setiap alternatif dianalisis dan dievaluasi, agar keputusan yang diambil nanti benar-benar yang terbaik Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang dipandang layak untuk dilaksanakan.
vi.     Memilih alternatif  terbaik .
Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif  yang terbaik. Pemilihan alternatif harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada masa yang akan datang. Kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu
vii.   Pengendalian dan evaluasi.
Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.
E.       Kekuatan dari pengambilan kelompok.
Kekuatan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan individual dan kelompok, Sondang P. Siagian menyatakan bahwa ada tiga kekuatan yang selalu mempengaruhi suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan tersebut adalah :
1.      Dinamika individu di dalam organisasi.
Sebuah organisasi merupakan sekumpulan dari beberapa individu. Individu-individu ini memiliki ide dan pemahaman yang sama dalam visi dan tujuan ke masa depan. Mereka membentuk organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan masa depan yang menjadi impian dan cita-citanya. Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa hal ini terlihat pada pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman yang banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar terhadap bawahannya dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan tersebut. Pemimpin yang baik akan selalu membimbing anggota organisasinya untuk membuat keputusan yang mengarah kepada kepentingan organisasi dan bukan pada kepentingan individu yang menunjukkan keinginan pribadi seorang.
Faktor – faktor yang dapat mendukung dinamika individu dalam organisasi adalah sebagai berikut :
i)          Rasa tanggung jawab yang baik secara individu maupun kolektif.
Setiap anggota organisasi yang menyadari makna tanggung jawab individu dan kolektif sangat menguatkan keputusan yanng diambil dalam organisasi. Kekutatan keputusan ini dapat memperlancar dalam menjalankan rencana kerja dan meraih visi dan misi yang telah ditetapkan.
ii)        Apa yang sudah dipelajari individu dalam organisasi harus segera diaplikasikan dalam pekerjaan.
Ilmu yang tidak diaplikasikan bagaikan kapas diterpa angin dan tidak ada bobot sama sekali. Ilmu yang baru saja dipelajari akan menunjukkan bobot dan nilai jika segera diaplikasikan. Nilai tersebut dapat dilihat dari rencana-proses-hasil ketika mengaplikasikan ilmu itu.
iii)      Menjalankan teknik akselerasi.
Artinya sebisa mungkin mendukung kegiatan setiap individu agar proses berorganisasi terjadi dengan lebih cepat dan baik. Setiap individu anggota organisasi harus menyadari bahwa mereka satu sama lain saling berhubungan dan bekerja sama. Teknik akselerasi yang ada di dalam organisasi adalah kerjasama dan sikap saling mendukung satu sama lain. Teknik akselerasi ini harus selalu dikembangkan pada individu supaya saling mendukung dan membantu anggota organisasi ketika memiliki rencana dan program kerja. Atas dukungan yang diberikan maka rencana dan program kerja akan berhasil.
iv)      Rencana pengembangan personal.
Artinya individu harus mengerti bahwa sebuah organisasi tidak dapat menjamin mereka tentang lapangan pekerjaan seumur hidup namun organisasi dapat membantu individu untuk mengembangkan karir mereka. Harus ada kerjasama antara organisasi dan individu untuk menciptakan pengembangan karir jangka panjang.
v)        Tersedia kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan karir.
Karir anggota individu di dalam organisasi dapat berkembang dilihat dari kemampuan dirinya dalam membuat keputusan.
vi)      Keputusan yang diambil selalu membawa muatan kepentingan organisasi.
Dari kemampuan tersebut secara tidak langsung individu tersebut dapat memimpin realisasi program kerja maupun organisasi itu.
vii)    Pembelajaran individu harus dihubungkan kepada pembelajaran organisasi secara struktur dan lebih eksplisit agar sinergis.
Pembelajaran individu dan pembelajaran organisasi harus sejalan supaya tidak ada konflik yang akhirnya menggangu perkembangan satu sama lain. Keselarasan pembelajaran individu dan organisasi dalam penerapannya selalu berpedoman pada visi dan misi organisasi maka keselaran ini secara langsung dapat membuat organisasi semakin kuat dan berkembang.
2.      Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi.
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan kata Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar dalam rangka mengembangkan dan membuat rencana organisasi berhasil. Untuk mewujudkan ini maka pemimpin organisasi hendaknya mengusahakan agar kelompok di dalam organisasi dapat lebih cepat berkembang menjadi dewasa. Berkembang dan mengarahnya kelompok organisasi ke arah semakin dewasa memberikan keuntungan bagi organiasi dalam rangka menerapkan rencana kerja dan mewujudkan visi dan misi.
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
a.       Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
Kelompok-kelompok organisasi yang dapat bekerjasama dan saling membantu dalam menjalankan rencana kerja maka akan mempermudah dalam mengatasi persoalan organisasi. Persoalan yang seharusnya dipecahkan dan ditanggung oleh satu atau sebagian kelompok akan menjadi mudah pemecahan dan penyelesaiannya ketika semua kelompok terlibat bekerjasama saling membantu. Kerjasama ini harus selalu ditanamkan dan dikembangkan di dalam organisasi tersebut agar kedewasaan kelompok semakin matang.
b.      Memudahkan pekerjaan.
Dinamika kelompok yang dapat berjalan dengan baik di mana masing-masing kelompok dapat memberikan informasi dan kontribusi positif bagi kelompok yang lain maka secara langsung pekerjaan dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu.
Informasi dan kontribusi yang diberikan oleh satu kelompok merupakan bahan atau sumber modal kerja bagi kelompok yang lainnya.
c.       Ketidak aktifan salah satu kelompok dalam sebuah organisasi dapat membuat organisasi tersebut berhenti berkerja dikarena informasi maupun kelompok kerja tidak bisa diandalkan. Kerjasama kelompok yang baik dan konsisten dengan rencana kerja dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja yang harmonis dalam organisasi bukan saja hanya akumulasi keahlian dan pengetahuan individu dalam kelompok tetapi hasil dari keseluruhan keahlian anggota kelompok yang bekerja sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.
d.      Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien. Kelompok-kelompok kecil yang dibentuk di dalam organisasi memiliki tujuan untuk memperlancar kerja organisasi. Salah satu tujuan adanya kelompok kecil adah pembagian pekerjaan sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian. Keuntungan dengan pembagian pekerjaan adalah : pekerjaan dan masalah tidak harus selalu diselesaikan di pusat, informasi mudah diperoleh karena setiap kelompok memiliki kontribusi sesuai dengan pembagian pekerjaan, keputusan dapat diambil cepat dan akurat, dan beban pekerjaan dapat dibagi sesuai berat ringannya sebuah kekerjaan.
e.       Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan berorganisasi dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, interaksi, dan memiliki peran yang sama dalam organisasi. Dinamika kelompok secara tidak langsung membangun sistem demokrasi yang baik di dalam sebuah organisasi melalui kelompok kecil ketika merumuskan rencana kerja dan memecahkan masalah ketika ada persoalan. Kemufakatan demokrasi lebih mudah dibuat di dalam kelompok kecil dari pada lingkup organisasi yang besar. Hal ini bisa terjadi karena tiap anggota kelompok kecil mudah untuk disatukan visi, misi, tujuan, pemecahan masalah.
3.      Dinamika lingkungan organisasi.
Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan itu saling mempengaruhi. Macam-macam dinamika lingkungan organisasi :
a.      Dinamika lingkungan organisasi internal.
Dinamika internal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan adalah :
i)           Adanya visi dan misi
ii)         Paradigma dan filosofi baru di dalam organisasi.
iii)       Perubahan strategi organisasi yang baru.
iv)       Dilakukannya redefinisi tentang core bussinis.
v)         Dilakukannya restrukturisasi dan reengineering organisasi.
vi)       Kondisi sumber daya manusia dalam organisasi, Perubahan budaya organisasi dan kegiatan utama organisasi.
b.      Dinamika lingkungan organisasi eksternal.
Dinamika eksternal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan meliputi 4 unsur yakni kondisi skala lokal, nasional, regional dan Internasional. Dari keempat unsur tersebut dapat dirangkum hal-hal yang memberi pengaruh pada pengambilan keputusan seperti :
·           Situasi politik, nilai-nilai social.
·           Etika dan budaya di masyarakat.
·           Perubahan kondisi pasar dan konsumen.
·           Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
·           Adanya peraturan dan undang-undang baru dari pemerintah
F.     Cara-cara Meningkatkan Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan.
Dengan adanya kreativitas pengambil keputusan dapat memproduksi gagasan-gagasan baru yang bermanfaat. Selain itu, juga memungkinkan untuk lebih menghargai dan memahami masalah, termasuk masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
Adapun cara meningkatkan kreatifitas tersebut adalah :
a.             Potensial kreatif.
Yaitu potensi yang dimiliki kebanyakan orang, namun untuk mengeluarkannya harus keluar terlebih dahulu dari kebiasaan rutin yang secara psikologis selalu kita lakukan, sehingga harus belajar mengatasi masalah dengan cara yang tidak sepert biasanya. Biasanya kita menjadi lebih kreatif ketika berada dalam suasana hati yang nyaman.
b.             Pengaruh lingkungan.
Berkumpul dengan individu-individu yang kreatif, membuat kita menjadi lebih terinspirasi, dan akhirnya belajar untuk melakukan hal-hal positif yang dilakukan oleh mereka.
c.             Model kreativitas tiga komponen.
Suatu badan riset menunjukkan bahwa kreativitas individual pada hakikatnya menuntut keahlian, ketrampilan berpikir kreatif, dan motivasi tugas intrinsik. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing komponen ini, maka semakin tinggi pula kreativitas seseorang.
1.        Exspertise ( kemampuan, pengetahuan, pengalaman  dan kecakapan ).
2.        Task Motivation ( ketertarikan, keterlibatan , kepuasan, menantang secara pribadi  ).
3.    Creativity  Skills ( kecerdasan, kemerdekaan diri , kepercayaan diri, fokus kendali internal, kemampuan analog
G.    Kondisi/ situasi dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan keputusan individual.

Dalam suatu organisasi pengambilan keputusan merupakan solusi dari suatu masalah yang disepakati bersama dan sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Bagaimana Kebanyakan keputusan dalam organisasi biasanya diambil, adalah seperti yang tercantum dibawah ini :
a.      Rasionalitas terbatas ( Bounded Rationality ).
Para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap semua kerumitannya.
Bila berhadapan pada masalah yang kompleks, kebanyakan orang menanggapi dengan mengurangi masalah pada level mana masalah itu dapat dipahami. Ini disebabkan karena kemampuan manusia mengolah informasi terbatas, membuatnya tidak mungkin mengasimilasi dan memahami semua informasi yang perlu untuk optimisasi. Dengan demikian, mereka mencari pemecahan yang memuaskan.
b.      Intuisi  ( proses tidak sadar yg berasal dari pengalaman yang disaring ).
Penggunaan intuisi untuk mengambil keputusan tidak lagi diangap tak rasional atau tak efektif. Ada pengakuan yang makin berkembang bahwa analisis rasional terlalu ditekankan dan bahwa dalam kasus-kasus tertentu mengandalkan pada intuisi dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Namun perlu dilihat bahwa definisi intuitif dari para ahli adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Intuisi ini juga saling melengkapi dengan analisi rasional.
Ada 8 kondisi dimana orang paling mungkin menggunakan intuisi didalam pengambilan keputusan :
a)        Bila ada ketakpastian dalam tingkat yang tinggi.
b)        Bila hanya sedikit preseden untuk diikuti.
c)        Bila variabel-variabel kurang dapat diramalkan secara ilmiah.
d)       Bila ‘fakta’ terbatas.
e)        Bila fakta tidak menunjukkan dengan jelas jalan utnuk dituruti.
f)         Bila data analitis kurang berguna.
g)        Bila ada beberapa penyelesaian alternatif untuk dipilih dengan argumen yang baik.
h)        Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat.
c.       Upaya Identifikasi Masalah.
Masalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih lebih tinggi dibanding masalah-masalah yang penting.
Ada dua alasan atas hal tersebut :
i.        Mudah untuk mengenal masalah-masalah yang tampak.
ii.  Karena kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi sehingga para pengambil keputusan ingin tampil kompeten dan ‘berada pada puncak masalah’.
d.      Sebagai Pengembangan alternatif.
Bukti menunjukkan bahwa pengambilan keputusan adalah inkremental, bukan komprehensif. Artinya pengambil keputusan mengindari tugas-tugas sulit yang mempertimbangkan semua faktor penting, menimbang relatif untung dan ruginya, serta mengkalkulasi nilai untuk masing-masing alternatif.
Sebagai gantinya, mereka membuat suatu perbandingan terbatas yang bersifat suksesif. Akibatnya pilihan keputusanpun disederhanakan dengan hanya membandingkan alternatif-alternatif yang berbeda dalam tingkat yang relatif kecil dari pilihan terbaru. 
e.       Membuat pilihan.
Untuk menghindari keputusan yang terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
Ada dua kategori umum heuristik dan satu bias lainnya, yaitu :
i.        Heuristik ketersediaan.
Kecenderungan pada orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi yang sudah ada ditangan mereka. Ini menjelaskan mengapa para manager lebih mempertimbangkan kinerja terakhir karyawan daripada kinerjanya setengah tahun yang lalu. Sama halnya dengan pikiran orang bahwa naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil.
ii.      Heuristik representative.
Menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan melihat situasi identik dimana sebenarnya tidak identik. Contohnya adalah manager yang sering menghubungkan keberhasilan suatu produk baru dengan keberhasilan produk sebelumnya, anak-anak yang menonton film Superman dan merasa dirinya seperti Superman, dan lain sebagainya.
Macam-macam bias dan kesalahan umum :
       Bias Overconfidence ( yg terbaik sesungguhnya yg terburuk )
       Bias Jangkar (gaji sebelumya pd wawancara kerja)
       Bias Konfirmasi ( penguatan pilihan masa lalu, mengabaikan pertimbangannya )
       Bias Ketersediaan ( terbatas informasi à takut terbang )
       Bias Representatif  ( menyamakan situasi sekarang dan masa lalu )
       Peningkatan Komitmen ( bertahan pd keputusan yang jelas salah )
       Kesalahan yg Tidak Disengaja ( percaya pada mitos )
       Kutukan Pemenang ( Harga terlalu tinggi pd barang lelang )
       Bias Peninjauan Kembali (pura-pura yakin/ pemenang superbowl )
Beberapa cara mengurangi bias dan kesalahan :
-          Fokus pada tujuan .
-          Mencari informasi yang melemahkan keyakinan anda.
-          Jangan berusaha mengartikan peristiwa yang tidak disengaja (kebetulan).
-          Perbanyak pilihan.
f.       Peningkatan komitmen.
Suatu peningkatan komitmen pada keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif. Individu meningkatkan komitmen terhadap suatu arah tindakan yang gagal ketika mereka memandang diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab atas kegagalan tersebut, dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa keputusan awal mereka tidak keliru dan menghindari keharusan untuk mengakui kekeliruan itu. Banyak organisasi menderita kerugian karena seorang manager bertekad membuktikan bahwa keputusan awalnya benar dengan terus mengorbankan sumber daya kepada apa yang merupakan kerugian sejak awal.
g.      Adanya perbedaan individual ( gaya pengambilan keputusan ).
Dari hasil riset mengidentikasikan empat pendekatan individual yang berbeda dalam pengambilan keputusan, yaitu :
i.    Analitis : memiliki toleransi jauh lebih besar terhadap ambiguitas, cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
ii.     Direktif : memiliki toleransi rendah atas ambiguitas, mencari rasionalitas, efisien, logis, mengambil keputusan cepat, dan berorientasi jangka pendek.
iii.      Konseptual : berpandangan luas, mempertimbangkan banyak alternatif, ori-entasi jangka panjang, dan sangat baik untuk menemukan solusi yang kreatif.
iv.    Perilaku : bisa bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja rekan kerja dan usulan-usulan mereka, mengandalkan pertemuan untuk berkomuni-kasi, mencoba menghindari konflik, dan mengupayakan penerimaan.
h.      Adanya hambatan dari organisasi .
Hambatan dalam organisasi mengakibatkan manajer membuat keputusan berikut :
i.  Evaluasi kinerja : manager dipengaruhi oleh kriteria yang mereka gunakan untuk mengevaluasi. Mereka akan bertindak sesuai apa yang dijadikan penilaian/tolok ukur.
ii.    Sistem imbalan : yaitu dengan mengemukakan kepada karyawan pilihan apa yang lebih disukai terhadap upah. Umumnya organisasi membuat peraturan formal untuk membakukan perilaku anggotanya. Dengan memprogramkan keputusan, organisasi mampu membuat individu mencapai level kinerja tinggi, namun membatasi pilihan pengambilan keputusan.
iii.    Pembatasan waktu yang menentukan sistem : batas waktu yang eksplisit dalam pengambilan keputusan menciptakan tekanan waktu pada pengambil keputusan dan sering mempersulit untuk mengumpulkan semua informasi yang ingin merka dapatkan.
iv.    Reseden historis : keputusan yang diambil dimasa lalu akan terus membayangi keputusan saat ini.
i.        Perbedaan individual, kultural,  budaya dan batasan organisasional.
Latar belakang budaya dari pengambil keputusan dapat mempengaruhi seleksi masalah, kedalaman analisis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara otokratis atau secara kolektif. Menurut Robbins lebih lanjut mengemukakan kultur berbeda-beda berdasarkan orientasi waktu, kepentingan rasionalitas, keyakinan terhadap kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah, dan pilihan untuk membuat keputusan kolektif 
H.    Etika Dalam Pengambilan Keputusan.
Ada 3 kriteria keputusan yang etis :
1.      Kriteria utilitarian (dimana keputusan diambil semata-mata atas dasar hasil/konsekuensi mereka).
2.      Menekankan pada hak dasar individu sesuai dengan Piagam Hak Asasi.
3.      Menekankan pada keadilan (Memberlakukan dan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak memihak.
Kepedulian yang meningkat dalam masyarakat mengenai hak individu dan keadilan sosial menyarankan perlunya bagi manajer untuk mengembangkan standar-standar etika yang didasarkan pada kriteria non-utiliter. Tentu saja ini adalah sebuah tantangan yang besar bagi manajer, karena dengan demikian akan melibatkan jauh lebih banyak ambiguitas. Ini membantu menjelaskan mengapa para manajer makin banyak dikritik karena tindakan-tindakannya. Kini, keputusan seperti menaikkan harga, menutup pabrik, memberhentikan karyawan secara massal, memindahkan produksi keluar negeri untuk mengurangi biaya, hanya dapat dibenarkan dalam makna utiliter, sedangkan keputusan tidak dapat lagi dinilai hanya dari kriteria tunggal tersebut.
   
BAB III
PENUTUP
A.      SIMPULAN :
Dalam pengambilan keputusan individual perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a.         Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan.
i.          Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
ii.        Pengambilan Keputusan Rasional
iii.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
iv.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
v.        Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Model  pengambilan Keputusan Terbaik adalah model Rasional .
b.      Faktor  yang mempengaruhi  Pengambilan Keputusan.
i.           Persepsi (perception)
ii.         Sikap (attitude).
iii.       Kepribadian (personality.
iv.       Pembelajaran (learning).
c.       Metode Pengambilan Keputusan.
i.           Kewenangan Tanpa Diskusi (authority rule without discussion)
ii.         Pendapat Ahli (expert opinion)
iii.       Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion).
iv.       Kesepakatan (consensus).
Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
a)        Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan.
b)        Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok
c)        Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
d.         Proses Pengambilan Keputusan.
Ada 6 langkah dalam model Pengambilan Keputusan , yakni :
1)        Menetapkan masalah,  tujuan dan sasaran.
2)        Mengidentifikasi kriteria keputusan.
3)        Mengalokasikan bobot pada kriteria.
4)        Mengembangkan berbagai alternatif.
5)        Mengevaluasi alternatif.
6)        Memilih alternatif  terbaik .
7)        Pengendalian dan evaluasi.
e.         Kekuatan dari pengambilan keputusan.
1)        Dinamika individu di dalam organisasi.
2)        Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi.
3)        Dinamika lingkungan organisasi.
a)        Dinamika lingkungan organisasi internal.
b)        Dinamika lingkungan organisasi eksternal.
·           Situasi politik, nilai-nilai social.
·           Etika dan budaya di masyarakat.
·           Perubahan kondisi pasar dan konsumen.
·           Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
·           Adanya peraturan dan undang-undang baru dari pemerintah.
f.        Cara-cara Meningkatkan Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan..
1)        Potensial kreatif.
2)        Pengaruh lingkungan.
3)        Model kreativitas tiga komponen.
-            Exspertise.
-            Task Motivation .
-            Creativity  Skills.
g.      Kondisi/ situasi dalam organisasi yang menyebabkan dilakukannya pengambilan keputusan individual.
1)        Rasionalitas terbatas ( Bounded Rationality ).
2)        Intuisi  ( proses tidak sadar yg berasal dari pengalaman yang disaring ).
3)        Upaya Identifikasi Masalah.
4)        Sebagai Pengembangan alternatif.
5)        Membuat pilihan.
-       Heuristik ketersediaan.
-       Heuristik representative.
Macam-macam bias dan kesalahan umum :
·           Bias Overconfidence ( yg terbaik sesungguhnya yg terburuk )
·           Bias Jangkar (gaji sebelumya pd wawancara kerja)
·           Bias Konfirmasi ( penguatan pilihan masa lalu, mengabaikan pertimbangannya )
·           Bias Ketersediaan ( terbatas informasi à takut terbang )
·           Bias Representatif  ( menyamakan situasi sekarang dan masa lalu )
·           Peningkatan Komitmen ( bertahan pd keputusan yang jelas salah )
·           Kesalahan yg Tidak Disengaja ( percaya pada mitos )
·           Kutukan Pemenang ( Harga terlalu tinggi pd barang lelang )
·           Bias Peninjauan Kembali (pura-pura yakin/ pemenang superbowl )
Beberapa cara mengurangi bias dan kesalahan :
-          Fokus pada tujuan .
-          Mencari informasi yang melemahkan keyakinan anda.
-          Jangan berusaha mengartikan peristiwa yang tidak disengaja (kebetulan).
-          Perbanyak pilihan.
6)      Peningkatan komitmen.
7)      Adanya perbedaan individual ( gaya pengambilan keputusan ).
-          Analitis
-          Direktif
-          Konseptual
-          Perilaku
8)      Adanya hambatan dari organisasi .
Manajer membuat keputusan berikut :
-          Evaluasi kinerja
-          Sistem imbalan
-          Pembatasan waktu yang menentukan sistem
-          Reseden historis
9)      Perbedaan individual, kultural,  budaya dan batasan organisasional.
h.      Etika Dalam Pengambilan Keputusan.
Ada 3 kriteria keputusan yang etis :
1)        Kriteria utilitarian (dimana keputusan diambil semata-mata atas dasar hasil/konsekuensi mereka).
2)        Menekankan pada hak dasar individu sesuai dengan Piagam Hak Asasi.
3)        Menekankan pada keadilan.
B.       SARAN :
Aktivitas pimpinan/manajer suatu organisasi dalam melakukan planning, organizing, directing, dan controlling, tentu tidak semudah membalik telapak tangan, karena suatu organisasi pastilah mempunyai banyak sekali anggota yang mempunyai karakter dan perilaku yang berbeda-beda. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang manajer/pimpinan organisasi perlu mempertimbangkan kecocokan antar individu, jenis tugas/ pekerjaan, efektifitas, dan sebagainya. Keputusan yang diambil seorang pimpinan/ manajer organisasi secara khusus akan dipengaruhi oleh karakteristik pimpinan maupun karakteristik bawahan, misalnya pengambilan keputusan tentang siapa orang yang paling tepat  melaksanakan tugas tertentu.

 DAFTAR  PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengambilan_keputusan_individual
http://tpers.net.pengambilan_keputusan
www.yasinta.wordpress.com/2008/09/04/persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individual
www.powershow.com/view/1213daNDdiN/MATERI_6_PERILAKU_ORGANISASI
www.yasinta.net / persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individual
http://filsafatkita.fzg.net/perilaku_organisasi
http://kuliahpsikologi.dekrzky.com/teori_atribusi
Robbins. Stephen P. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Penerbit; Erlangga, Jakarta. 2002
Suryabrata. S. Psikologi Pendidikan. Penerbit; RajaGrafindo Persada. Jakarta.2005
Tampubolon. Manahan P. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior) Perspektif Organisasi Bisnis. Edisi Kedua.Penerbit; Ghalia Indonesia, Bogor.2008.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar