Rabu, 04 Januari 2017

Ringkasan Buku Filsafat Ilmu - Jujun S.Sumantri

                                                                                          I.       ILMU DAN FILSAFAT

Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak di bangku Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita terus terang kepada diri sendiri : Apakah yang saya ketahui tentang ilmu yang saya pelajari ? Apakah ciri-ciri yang hakiki antara ilmu dan bukan ilmu ? Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar ?

A.     Apakah filsafat ?
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi.
Inilah karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang yang berpikir filsafati selain tengadah ke bintang-bintang juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Inilah karakteristik berpikir filsafati yang kedua yakni sifat mendasar. Secara terus terang tidak mungkin kita menangguk pengetahuan secara keseluruhan, dan bahkan kita tidak yakin kepada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya berspekulasi dan inilah yang merupakan ciri filsafat yang ketiga yakni sifat spekulatif.

B.     Peneratas Pengetahuan
Nama asal fisika adalah filsafat alam (natural philosophy) dan nama asal ekonomi adalah filsafat moral (moral philosophy). Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu maka terdapat taraf peraliahn. Dalam taraf peralihan ini maka bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral . Walaupun demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu masih mendasar kepada norma-norma filsafat. Metode yang dipakai adalah normatif  dan deduktif berdasarkan asas moral yang filsafati.

C.     Bidang Telaah Filsafat.
Pada tahap mula sekali, filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu: Hallo, siapa kau ?  Tahap ini dapat dihubungkan dengan pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang yang rupa-rupanya tak kunjung selesai mempermasalahkan makhluk yang satu ini. Tahap yang kedua adalah pertanyaan yang berkisar tentang ada : tentang hidup dan eksistansi manusia. Apakah hidup ini sebenarnya ? Apakah hidup itu sekedar peluang dengan nasib yang melempar dadu acak ? Dan nasib adalah bagaikan sibernetik dengan umpan balik pilihan probabilistik. Tahap yang ketiga, scenarionya bermula pada suatu pertemuan ilmiah tingkat “tinggi”. Tugas utama filsafat, kata Wittgenstein  bukanlah menghasilkan sesusun pertanyaan filsafati, melainkan menyatakan sebuah pertanyaan sejelas mungkin.

D.    Cabang-cabang Filsafat.
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni:
1.      Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika).
2.      Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika).
3.      Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).
Cabang-cabang utama ini berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik diantaranya filsafat ilmu.
Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup :
1.      Epistimologi (Filasafat Pengetahuan )
2.      Etika (Filsafat Moral)
3.      Estetika (Filasafat Seni)
4.      Metafisika
5.      Politik (Filsafat pemerintahan)
6.      Filsafat Agama
7.      Filsafat Ilmu
8.      Filsafat Pendidikan
9.      Filsafat Hukum
10.   Filsafat Sejarah
11.   Filsafat Matematika

E.     Filsafat Ilmu.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah : Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi) ? Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan terebut (epistemologi) ? Serta untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi) ? Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia.

                                                                                 II.   Dasar – dasar Pengetahuan

A.     Penalaran.
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengem-bangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya.Secara simbolik manusia mampu memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa dan setelah itu manusia harus hidup berakal pengetahuan.Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bindah dan mana yang jelek.Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling kepada pengetahuan.Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.
Hakikat Penalaran.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni :
1.    Adanya suatu pola berpikir yang secara luas  dapat disebut logika. Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logika tersendiri. Atau dapat juga disimpilkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu.
2.    Sifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyadarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.

B.     Logika.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.

C.     Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar :
1.    Mendasarkan diri kepada rasio.
2.    Mendasarkan diri kepada pengalaman.
Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat kemampuan berpikir rasionalnya.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.

D.    Kriteria Kebenaran.
Berdasarkan suatu teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang sebelumnya yang dianggap benar.
Bila menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “si Polan adalah seorang manusia dan si Polan pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

                                                                                                        III.     ONTOLOGI ( HAKIKAT YANG DIKAJI )

Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang – bintang, menembus galaksi dan awan gemawan, maka Metafisika adalah landasan peluncurannya.Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakikatnya.

A.     Beberapa Tafsiran Metafisika :
1.      Tafsiran yang diberikan manusia oleh manusia terhadap alam adalah bahwa terdapat wujud-wujud gaib (supernatural), yang mana wujud-wujud ini lebih tinggi dan lebih kuasa dibanding alam. Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernatural ini.
2.      Sebagai lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalisme yang menolak wujud-wujud yang bersifat supernaturalisme. Materialisme yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini, berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak berdasarka oleh kekuatan gaib tetapi oleh kekuatan alam itu sendiri. Prinsip-prinsip materialisme dikembangkan oleh Demokritos (460-370 S.M.). Dia mengembangkan teori tentang atom yang dipelajari dari gurunya Leucippus. Gejala alam hanya didekati sebagai proses fisika-kimia, paham ini disebut mekanistik.

Apa kebenaran dari pikiran dan zat apakah pikiran berbeda dengan zat, atau hanya bentuk lain dari zat ? Aliran monistik berpendapat yang tidak membedakan antara zat dan pikiran, zat dianggap bentuk lain dari pikiran; mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan oleh proses yang berlainan, namun mempunyai substansi yang sama. Ibarat materi dan energi dalam teori relatifitas Einstin ( ). Pendapat nini ditolak oleh penganut faham dualistik. Paham dualistik dipelopori oleh Thomas Hyde (1700) sedangkan monisme dipelopori oleh acristian Wolff (1679-1754). Dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan anatara zat dan kesadaran. Filsuf yang menganut faham dualisme diantaranya Rene Descartes (1596-1650), John Locke (1632-1741) dan George Berkeley (1685-1753).
Cogito ergo sum! (Saya berfikir maka saya ada) Descartes mulai menyusun filsafatnya secara deduktif berdasarkan pernyataannya yang dianggap merupakan kebenaran yang tidak bias diragukan. John Locke menggap pikiran manusia seperti lempengan lilin dimana pengalaman manusia saling menempel pada lilin tersebut (pikiran sebagai tabula rasa). Sedangkan Berkeley menyatakan bahwa ada disebabkan oleh persepsi, bagi Berkely buah apel ada di dalam pikiran. Jika tidak ada yang mimikirkan buah apel maka apakah buah apel itu ada, jawab Berkeley buah apel tersebut ada di dalam pikiran Tuhan.

B.     Asumsi.
Ada asumsi dari semua penemuan ilmu, untuk filsafat ada sebuah asumsi dasar bahwa hukum alam itu  ada, jika tidak ada maka sia-sia saja semua pembicaraan tentang ilmu. Hukum disini diartikan adanya suatu pola berulang dari suatu kejadian yang diikuti sebagian besar peserta, gejala yang berulang dapat teramati jika kejadian itu menghasilkan sesuatu yang sama jika diberikan stimulus yang sama. Dari penalaran ini berkembang paham determinisme yang dikembangkan oleh Thomas Hamilton yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat yang bersifat universal.

C.     Peluang.
Jadi berdasarkan teori-teori keilmuan tidak akan pernah ada kesimpulan-kesimpulan yang pasti mengenai suatu kejadian hanya sebuah kesimpulan yang probabilistik, atau peluang suatu kejadian terjadi adalah sekian persen. Lalu apa gunanya pengetahuan yang seperti itu?
Ilmu  tidak akan berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Dalam masalah ini ilmu masih kalah dengan perdukunan. Saudara pasti sembuh, jika saudara minum air ini, kata si dukun. Dia tidak akan pernah mengatakan anda berpeluang 0,8 untuk sembuh jika anda meminum air ini.

D.    Beberapa Asumsi dalam Ilmu.
Mengapa terdapat perbedaan yang signifikan pada sebuah benda yang kongkret (misal sebuah meja)? Mengapa amuba dengan kita seperti hidup di dalam dunia yang berbeda? Secara mutlak tidak ada yang tahu sebenarnya seperti apa bidang datar itu, hanya Tuhan yang tahu. Seorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya. Sebab menggunakan asumsi yang berbeda akan berbeda pula konsep pemikirannnya.

E.     Batas-batas Penjelajah Ilmu.
Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu ? Dimanakah ilmu berhenti dan menyerahkan pengkajian lain kepada ilmu yang lain ? Jawab semua pertanyaan itu sangat sederhana ilmu memulai dari pengalaman manusia dan berhenti pula pada batas pengalaman manusia.
Apakah ilmu mempelajari hal ikhwal surga dan neraka ? Jawabnya jelas tidak; sebab kejadian itu di luar jangkauan pengalaman manusia. Yang membahas surga dan neraka adalah agama. Mengapa ilmu membatasi diri pada pengalaman manusia ? Jawabannya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri untuk kehidupan manusia. Karena ilmu berguna untuk menyelesaikan permasalah manusia. Ilmu membatasi diri pada pengalaman manusia karena metode yang dipergunakan untuk menyusun ilmu yang telah teruji kebenaranya secara empiris.

F.     Cabang-cabang Ilmu.
Ilmu berkembang sangat pesat, demikian juga jumlah cabang-cabangnya. Diperkirakan sekarang terdapat 650 cabang Ilmu yang kebanyakan belum dikenal oleh awam.

Ilmu terbagi menjadi 2, yakni :
1.    Ilmu Alam ( physical science) , terdiri dari :
a.    Ilmu Fisika.
1)    Astronomi.
2)    Astro fisika.
b.    Fisika .
1)    Mekanika Mekanika Teknik.
2)    Hidrodinamika Teknik Auronautika dan Desain Kapal.
3)    Bunyi Teknik Akustik.
4)    Cahaya dan optic Teknik Iluminasi.
5)    Kelistrikan dan Magnetisme Teknik Elektronik dan Teknik Kelistrikan.
6)    Fisika Nuklir Teknik Nuklir.
7)    Kimia Fisika.
c.    Kimia.
1)    Kimia Anorganik  Kimia Teknik.
2)    Kimia Organik.
3)    Metalurgi.
d.    Ilmu Bumi.
1)    Paleontology.
2)    Ekologi.
e.    Teknik Pertambangan.
1)    Geofisika.
2)    Geokimia.
3)    Geografi.
4)    Oceanografi.

2.    Ilmu Hayat ( Biological science ).
a.    Biofisika.
b.    Biokimia.
c.    Mikrobiologi.
1)    Industri Peragian.
2)    Virologi.
3)    Bakteriologi.
4)    Mycologi.
5)    Protozoologi.
d.    Botani.
1)    Fisologi tanaman.
2)    Genetika tanaman.
3)    Pemuliaan tanaman.
e.    Zoologi.
1)    Peternakan.
f.     Obat-obatan.
g.    Embriologi.
1)    Anatomi.
2)    Histology.
3)    Neurofisiologi.
4)    Endrokrinologi.
5)    Genetika hewan.
6)    Pemuliaan hewan

                                                                                                   IV.     EPISTIMOLOGI.
( CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR )

A.     Jarum Sejarah Pengetahuan.
Pada zaman dulu pengetahuan belum terbagi-bagi spesialisasinya, batas-batas pengetahuan masih kabur, karena belum ada kriteria perbedaan yang nyata, tidak terdapat jarak yang jelas antara objek yang satu dengan yang lain. Konsep dasar dari pengetahuan mulai mengalami perubahan fondamental pada abad Penalaran (Age of reason) pada pertengahan abad ke 17. Sebelum Charles Darwin menyusun teorinya, kebanyakan kita menganggap bahwa makhluk adalah serupa yang diciptakan dalam waktu yang sama.

B.     Pengetahuan.
Pada hakikatnya pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui termasuk ilmu. Jadi ilmu termasuk pengetahuan yang diketahui oleh manusia termasuk pengetahuan agama. Ilmu menyelidiki sesuatu yang benar dari hakikat yang diselidiki. Jadi kita mengharapkan jawaban yang benar, lalu timbullah masalah, bagaimana kita menyusun pengetahuan yang benar? Masalah inilah yang dalam kajian filsafat disebut epistimologi. Dan landasan epistimologi ilmu disebut metode ilmiah. Setiap pengetahuan mempunyai ciri spesifik tentang apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) ilmu itu disusun. Ketiga landasan ilmu tersebut saling berkaitan. Jadi ontologi ilmu berkaitan dengan epistimologi ilmu, epistimologi berkaitan dengan aksiologi ilmu begitu seterusnya.

C.     Metode Ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannnya melalui syarat-syarat tertentu apa yang dinamakan metode ilmiah, yang emempunyai langkah-langkah sistimatis. Jadi secara sederhana proses berfikir  ilmuwan dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang dimulai dengan ragu-ragu diakhiri dengan percaya atau tidak percaya. Hal ini berbeda dengan hal lain misalnya agama, dimana kajian agama tidak dimulai dengan ragu-ragu melainkan dimulai dengan percaya diakhiri dengan makin percaya atau makin tidak percaya.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan metode ilmiah. Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan logico-hipotetico-verifikasi pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Perumusan masalah.
2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat anatara factor yang saling terkait membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenaranya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3.   Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan.
4.  Pengujian hipotesis yang merupakan pegumpulan fakta yang relefan dengan hipotesis untuk memperlihatkan apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis terebut atau tidak.
5.   Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan ditolah atau diterima. Sekiranya didalam pengujian terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut diterima. Sebaliknya jika dalam pengujian tidak cukup fakta yang mendukung hipotesis maka hipotesis ditolak.

A.     Struktur Pengetahuan Ilmiah.
Sebuah hipotesis yang telah teruji secara formal diakui sebagai pernyataan pengetahuan ilmiah yang baru memperkaya khasanah ilmu yang sudah ada. Sekiranya pengetahuan ilmiah yang baru ternyata salah, disebabkan kelengahan dalam salah satu proses penemuannya, maka cepat atau lambat akan diketahui oleh penemu lain dan akan dibuang dari khasanah keilmuan.
Secara garis besar terdapat 4 jenis pola penjelasan yakni:
1.    Deduktif.
Penjelasan deduktif mempergunakan cara berfikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.    Probabilistik.
Penjelasan probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif melainkan penjelasan yang bersifat peluang seperti kemungkinan, kemungkinan besar atau hampir dipastikan.
3.    Fungsional/ teleologis.
Penjelasan fungsional/ teleologis merupakan penjelasan yang meletakkan sejumlah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu.
4.    Genetik.
Penjelasan genetik mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelum-nya dalam menjelaskan kejadian yang muncul kemudian.

                                                                                      I.       SARANA BERFIKIR ILMIAH.

Perbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia untuk mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannnya. Seluruh pikiran binatang dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari objek yang diinginkannnya atau membuang benda yang tidak diinginkannnya. Manusia sering disebut homo faber makhluk yang membuat ala; dan kemampuan membuat alat itu dimungkinkan karena adanya pengetahuan.
Berkembangnya pengetahuan tersebut juga memerlukan alat-alat. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berfikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berfikir ini merupakan suatu hal yang bersifat imperaktive bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

A.     Bahasa.
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berfikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasa. Dalam hal ini maka manusia adalah makhluk yang menggunakan symbol (menurut Ernst Cassier manusia sebagai animal symbolicum) yang secara generik  lebih luas cakupannya lebih luas daripada Homo sapiens (manusia sebagai makhluk yang berfikir) karena berfikir harus menggunakan symbol. Tanpa mempunyai bahasa maka kegiatan berfikir secara sistimatis dan teratur tidak dapat dilakukan.

B.     Matematika.
Matematika merupakan suatu bahasa yang melambangkan makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa makna matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Sifat kuantitatif dari matematika : Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran yang kuantitatif.

C.     Statistika.
Peluang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal bangsa Yunani kuno. Teori statistika sering dikaitkan dengan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam populasi tertentu. Dengan demikian statistika merupakan ilmu yang relatif muda dibanding matematika, yang berkembang sangat cepat. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut.


                                                                                                        II.       AKSIOLOGI ( NILAI KEGUNAAN ILMU )

A.     Ilmu dan Moral.
Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang budi terhadap ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan cepat dan lebih mudah.
Sejak dalam tahap-tahap pertama pertumbuhan ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesame manusia dan menguasainnya. Di pihak lain, perkembangan ilmu sering melupakan factor manusia, di mana bukan lagi teknologi yang berkembang dengan perkembangan dan kebutuh-an manusia, namun justru sebaliknya; manusia akhirnya menyesuaikan diri dengan teknologi.

B.     Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan.
Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan penggunaan ilmu bersifat sosial. Peranan individu inilah yang menonjol dalam kemajuan ilmu dan teknologi. Jelas kiranya seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul di bahunya, agar ilmunya dapat digunakan dengan baik untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat.

C.     Nuklir dan Pilihan Moral.
Pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstien menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat Franklin D. Rosevelt yang memuat rekomendasi menegenai serangkaian kegiatan yang mengarah kepada pembuatan Bom Atom. Apakah yang mendorong Einstien merasa berkewajiban untuk memberikan sarana kepada Presiden Roosevelt? Alasan Einstien menulis surat kepada Presiden Roosevelt, karena Jerman juga ada kemungkinan membuat bom atom juga. Pilihan moral ini kadang-kadang memang getir sebab tidak bersifat hitam putih. Akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki masih membekas dalam lembar sejarah kemanusian. Kengerian pengalaman Hiroshima dan Nagasaki memperlihatkan kepada kita wajah yang lain dari pengetahuan. Pengetahuan bagaikan pisau bisa digunakan untuk tujuan konstruktif ataupun destruktif. Diperlukan landasan moral yang kokoh untuk menggunakan ilmu pengetahuan secara konstruktif.

B.     Revolusi Genetika.
Revolusi genetika merupakan babak baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objekpenelaahan sendiri, penelaahan dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.Dan tidak membidik secara langsung manusia sebagai objek penelaahan.

                                                                                       III.        ILMU DAN KEBUDAYAAN.

A.     Manusia dan Kebudayaan.
Manusia dalam hidupnya mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan ini menyebabkan manusia melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan dalam hal ini sebagai pemisah antara manusia dan binatang.
Maslow mengindentifikasikan 5 kelompok kebutuhan manusia yakni :
1.    Kebutuhan fisiologi.
2.    Rasa aman.
3.    Afiliasi.
4.    Harga diri.
5.    Pengembangan potensi diri.
Sedangkan binatang kebutuhannya terpusat kepada dua kelompok pertama dari kategori Maslow yakni kebutuhan fisiologi dan rasa aman serta memenuhi kebutuhan ini secara insting. Sedangkan manusia tidak mempunyai kemampuan yang instinktif dan oleh sebab itu manusia berpaling kepada kebudayaan yang mengajarkan cara hidup. Pada hakikatnya menurut Mavies dan John Biesanz, kebudayaan merupakan alat penyelamat (survaival kit) kemanusiaan di bumi.

B.     Ilmu dan Kebudayaan Nasional.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsure dari kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak pengem-bangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaan-nya. Sedangkan dipihak lain, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalan-nya kebudayaan. Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional kita tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Ilmu pada hakikatnya merupakan sumber nilai yang konstruktif bagi pengembangan kebudayaan nasional.

C.     Dua Pola kebudayaan.
Ilmuwan-pengarang terkenal C.P. Snow dalam bukunya yang sangat provokatif The Two Cultures mengingatkan Negara-negara Barat akan adanya dua pola kebudayaan dalam masyarakat yaitu kalangan ilmuwan dan non-ilmuawan. Yang menghambat kemajuan di bidang ilmu dan teknologi di dalam bidang keilmuan sendiri terdapat polarisasi antara dua golongan ilmu yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Perbedaan ini menjadi semakin tajam seolah-olah kedua golongan ilmu ini membentuk dirinya sendiri yang masing-masing terpisah satu sama lain. Seakan-akan terdapat 2 kebudayaan dalam bidang keilmuan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Terdapat pranata-pranata pendidikan, yang masing-masing mendukung kebudayaan tersebut, yang makin memperluas jurang perbedaan antara keduanya.


                                                                                                 IV.        LMU DAN BAHASA

A.     Tentang Terminologi: Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Sains?
          Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, panca indra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabtraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk “ketahuan”. Dalam bahasa inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge. Ketahuan atau knowledge merupakan terminologi generic yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam.
B.     Politik dan Bahasa Nasional.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Alasan utama pada waktu itu lebih ditekankan pada fungsi kohesif, Bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia.


                                                                              V.PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

Stuktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah.
Urutan dalam penulisan ilmiah yang juga disebut metode ilmiah adalah sebagai berikut:
A.     Pengajuan Masalah.
1.      Latar belakang masalah
2.      Identifikasi masalah
3.      Pembatasan masalah
4.      Perumusan masalah
5.      Tujuan Penelitian
6.      Kegunaan penelitian.
B.     Penyusunan Kerangka Teoritis dan Pengajuan Hipotesis.
1.      Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis.
2.      Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.
3.      Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis sebagai tercantum dalam butir (1) dan butir (2) dengan menyatakan secara tersurat  postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan.
4.      Perumusan hipotesis.
C.     Metodologi Penelitian.
1.    Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentifikasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti.
2.    Tempat dan waktu penelitian.
3.    Metode penelitian.
4.    Teknik pengambilan sampel.
5.    Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen.
6.    Teknik analisis data.
D.     Hasil penelitian
1.      Menyatakan variabel yang diteliti;
2.      Menyatakan teknik analisis data;
3.      Mendekripsikan hasil analisis data;
4.      Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.
E.     Ringkasan dan kesimpulan
1.      Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian;
2.      Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek;
3.      Mengkaji implikasi penelitian;
4.      Mengkaji implikasi penelitian;
5.      Mengajukan saran.
F.     Abstrak.
G.     Daftar pustaka.
H.     Riwayat hidup.
I.      Usulan penelitian

                                                                                      VI.        HAKEKAT KEGUNAAN ILMU

             Penempatan ilmu dalam ilmu estestis pada zaman Yunani kuno disebabkan filsafat mereka yang memandang rendah pekerjaan yang bersifat praktis yang waktu itu dikerjakan oleh budak belian. Persepsi yang salah inilah yang sebenarnya menyebabkan berkembangnya kebudayaan menghafal dalam system pendidikan kita.
             Buku teks ilmuwan tidak jauh berbeda dengan buku primbon dukun ramal yang dipergunakan untuk konsultasi dalam memecahkan masalah-masalh praktis, yakni menjelaskan, meramal dan mengontrol. Perbedaannya adalah pada prosedurnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar